Tanggapan Berita (25/11-2012) – “Pekerja di sektor transportasi laut di Indonesia, berada
di urutan kelima kalangan yang sangat berisiko terkena HIV.” (30
Persen Pelaut di Bali Rentan Terkena HIV-AIDS, www.beritasatu.com, 22/11-
2012).
Mengapa pekerja sektor
transportasi laut berisiko tertular HIV?
Dikabarkan Kesatuan Pelaut
Indonesia (KPI) Cabang Bali menilai, sekitar 30 persen pelaut yang menjadi anak
buah kapal di Pelabuhan Benoa Denpasar, memiliki gaya hidup berisiko sehingga
rentan terserang virus HIV-AIDS.
Pertanyaan berikutnya: Apa gaya
hidp berisiko sehingga mereka rentan tertular HIV?
Agaknya, gaya hidup yang
dimaksud dapat dibaca dari penjelasan Ketua KPI Cabang Bali, I Dewa Nyoman
Budiasa, yang mengatakan ini: "Informasi dan edukasi itu kami berikan guna
mengurangi penyebaran serta memperbaiki gaya hidup rekan pelaut yang berisiko
tersebut. Salah satunya adalah memberikan informasi supaya melakukan hubungan
seksual menggunakan kondom."
Persoalannya kemudian adalah:
Di mana mereka melakukan hubungan seksual?
Sayang, dalam berita tidak
dijelaskan kapan dan di mana pelaut-pelaut itu melakukan hubungan seksual yang
berisiko tertular HIV.
Soalnya, kalau hanya sebatas
informasi dan edukasi tidak akan banyak manfaatnya karena hal itu sudah
dilakukan sejak awal epidemi HIV di Bali khususnya dan di Indonesia umumnya.
Maka, yang diperlukan adalah
langkah konkret berupa regulasi di lokalisasi pelacuran berupa kewajiban
memakai kondom bagi laki-laki ketika melacur.
Celakanya, di sekitar pelabuhan di Bali tidak ada lokalisasi pelacuran sehingga program kondom tidak bisa dijalankan secara efektif. Program wajib kondom hanya bisa efektif, seperti yang dilakukan Thailand, jika pelacuran dilokalisir dan germo diberikan izin usaha sebagai pintu masuk untuk menerapkan sanksi hukum.
Disebutkan oleh Budiasa: "Berdasarkan hasil penilaian yang kami lakukan kepada ribuan pelaut yang bekerja dan hidup di sekitar Pelabuhan Benoa, diperoleh kisaran 30 persen memiliki gaya hidup berisiko." Data menunjukkan jumlah pelaut yang berada dan melakukan aktivitas di pelabuhan di wilayah ibu kota Provinsi Bali itu ada sebanyak 22.000.
Maka, paling tidak ada 6.600
pelaut yang berisiko tertular HIV. Angka ini tentulah tidak bisa dianggap remeh
karena kalau mereka tertular HIV maka mereka akan menjadi mata rantai
penyebaran HIV. Yang beristri akan menularkan HIV kepada istrinya, jika
istrinya tertular maka ada risiko penularan kepada bayi yang dikandungnya kelak.
Kalau mereka mempunyai istri lebih dari satu dan pasangan lain maka jumlah
perempuan yang tertular HIV bertambah banyak.
Kasus HIV/AIDS yang terdeteksi
pada ibu-ibu rumah tangga menunjukkan suami mereka melacur tanpa kondom. Jika
program penanggulangan tidak konkret, terutama untuk menurunkan insiden infeksi
HIV baru, maka penyebaran HIV/AIDS akan terus terjad. ***[AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap]***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.