Tanggapan Berita (22/11-2012) – “Angka kematian ibu hamil akibat terinfeksi HIV/AIDS di
Buleleng ternyata cukup mengkhawatirkan. Bahkan, Buleleng menduduki peringkat
nomor dua di Bali setelah Denpasar dengan
jumlah kematian ibu hamil sebanyak 224 orang.” Data ini disampaikan oleh Wakil
Bupati Buleleng, Prov Bali, dr. Nyoman Sutjidra, dalam berita “224 Ibu Hamil di Buleleng Terinfeksi
HIV/AIDS” di Harian “Bali Post”
(19/11-2012).
Fakta
itu membuktikan paling tidak ada 224 suami yang perilakunya berisiko tertular
HIV/AIDS, al. melakukan hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar
nikah, dengan pekerja seks komersial (PSK) langsung (PSKdi lokasi dan
lokalisasi pelacuran, losmen, hotel melati dan hotel berbintang, serta di
tempat-tempat hiburan malam), dan PSK tidak langsung (‘cewek bar’, ‘cewek
disko’, ‘cewek kafe’, ‘cewek pub’, ‘anak sekolah’, ‘mahasiswi’, ‘cewek SPG’,
‘ibu-ibu rumah tangga’, selingkuhan, WIL, dll.) serta perempuan pelaku kawin
cerai.
Jika
ada di antara 224 suami itu yang mempunyai istri lebih dari satu atau mempunyai
‘bini simpanan’ atau pacar, maka jumlah perempuan yang berisiko tertular HIV
pun kian banyak lagi.
Celakanya,
Pemkab Buleleng tidak mengakui ada (praktek) pelacuran yang melibatkan PSK
langsung. Buktinya dalam Perda AIDS Kab Buleleng tidak ada program yang konkret
untuk menanggulangi penyebaran HIV/AIDS melalui praktek pelacuran (Lihat: Perda AIDS Kab Buleleng, Bali
- http://www.aidsindonesia.com/2012/11/perda-aids-kab-buleleng-prov-bali.html).
Wartawan
pun tidak bertanya: Apakah suami dari 224 ibu rumah tangga itu sudah menjalani
tes HIV?
Kalau
jawabannya sudah, maka 224 suami itu tidak akan menularkan HIV ke orang lain
karena ketika konseling mereka sudah berjanji pada diri sendiri akan
menghentikan penyebaran HIV mulai dari dirinya jika terdeteksi mengidap
HIV/AIDS.
Tapi,
kalau jawabannya belum, maka 224 suami itu akan menjadi mata rantai penyebaran
HIV/AIDS di Buleleng, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam
dan di luar nikah.
Disebutkan
bahwa pemerintah daerah melalui Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD)
Buleleng mengajak warga masyarakat dan LSM yang peduli untuk bersama-sama
melakukan pencegahan penularan virus mematikan tersebut.
Sayang, wartawan tidak
bertanya: Apa program KPA Buleleng yang konkret untuk mencegah penularan HIV?
Pernyataan ”virus mematikan”
adalah menyesatkan karena belum ada kasus kematian karena HIV/AIDS. Kematian
pada pengidap atau penderita HIV/AIDS terjadi pada masa AIDS (setelah tertular
antara 5-15 tahun) karena penyakit yang disebut infeksi oportunistik, seperti
diare dan TBC.
Ada pernyaataan: Selain ibu
hamil, ibu rumah tangga (IRT) juga menjadi penderita HIV/AIDS dan jumlahnya
juga tergolong banyak. Pernyataan ini menyiratkan ada ibu hamil yang mengidap
HIV/AIDS bukan ibu rumah tangga.
Disebutkan bahwa Wakil Bupati
Sutjidra mengatakan, kegiatan pemeriksaan kesehatan ke desa-desa tetap
diefektifkan. Selain
itu, pelayanan kesehatan di puskesmas juga akan digalakkan. Pola pelayanan
kesehatan seperti ini diyakini dapat memberikan pelayanan kesehatan termasuk
pemberian obat-obatan kepada masyarakat.
Langkah
yang disampaikan Wakil Bupati Sutjidra adalah penanggulangan di hilir. Artinya,
Pemkab Buleleng menunggu ada dulu penduduk yang tertular HIV untuk kemudian
diperiksa kesehatannya.
Yang
diperlukan adalah penanggulangan di hulu, al. menurunkan insiden infeksi HIV
baru pada laki-laki dewasa melalui hubungan seksual dengan PSK.
Jika
Pemkab Buleleng tetap menyangkal (praktek) pelacuran hanya dengan alasan tidak
ada lokalisasi pelacuran yang dibentuk berdasarkan regulasi, maka selama itu
pula insiden infeksi HIV baru melalui hubungan seksual dengan PSK akan terus
terjadi.
Salah
satu buktinya adalah kasus HIV/AIDS pada ibu hamil dan ibu rumah tangga yang
terjadi karena mereka ditulari oleh pasangan atau suami.
Jumlah
perempuan hamil dan ibu rumah tangga yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS akan
terus bertambah seiring dengan insiden infeksi HIV baru pada laki-laki ‘hidung
belang’ yang melacur tanpa kondom. ***[AIDS
Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap]***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.