10 November 2012

200-an PSK Pengidap HIV/AIDS di Merauke, Papua



Tanggapan Berita (11/11-2012) - Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke, terhitung tahun 1992 hingga September 2012, sebanyak 91 Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Merauke, terjangkit HIV/AIDS. Sedangkan mereka yang berprofesi sebagai pekerja seks komersial (PSK) sebanyak 222 orang. Ini lead di berita “91 PNS di Merauke Terjangkit HIV/AIDS” (www.aldp-papua.com, 9/11-2012).

Angka-angka terkait dengan jumlah PNS dan PSK yang mengidap HIV/AIDS seakan-akan hanya merupakan nomor saja dalam berita ini.

Padahal, kalau wartawan yang menulis berita ini membawa angka-angka itu ke ranah sosial maka akan bermakna bagi masyarakat.

Pertama, 91 PNS yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS itu berisiko menularkan HIV kepada pasangannya, istri, pacar atau selingkuhan. Sayang, dalam berita tidak ada penjelasan apakah pasangan dari 91 PNS itu sudah menjalani tes HIV. Jika belum, maka kalau pasangan PSN itu perempuan, maka ada risiko penularan secara vertikal dari perempuan yang hamil ke anak yang dikandungnya.

Kedua, 222 PSK yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS bisa jadi mereka tertular dari laki-laki penduduk lokal, asli atau pendatang. Laki-laki yang menularkan HIV kepada PSK bisa saja sebaga seorang suami, lajang, duda, dll.

Ketiga, laki-laki yang melakukan hubungan seksual dengan 222 PSK itu berisiko tertular HIV jika hubungan seksual dilakukan tidak memakai kondom.

Keempat, jika setiap malam seorang PSK meladeni rata-rata tiga laki-laki, maka setiap malam ada 666 laki-laki di Merauke yang berisiko tertular HIV.

Kelima, 222 laki-laki yang menularkan HIV/AIDS kepada PSK menjadi mata rantai penyebaran HIV di masyarakat tanpa mereka sadari.

Keenam, ratusan laki-laki yang berisiko tertular HIV melalui hubungan seksual dengan 222 PSK akan menjadi mata rantai penyebaran HIV jika mereka tertular.

Laki-laki lokal, asli atau pendatang, yang menularkan HIV kepada PSK dan laki-laki lokal, asli atau pendatang, yang tertular HIV dari PSK menjadi mata rantai penyebaran HIV di masyarakat, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

Disebutkan: Kasus HIV/AIDS itu, tidak hanya kepada mereka  yang berprofesi sebagai PSK, tetapi sudah menyebar ke kalangan umum, baik PNS, petani, nelayan, mahasiswa dan juga ibu rumah tangga.

Pernyataan ini menunjukkan wartawan yang menulis berita ini tidak memahami HIV/AIDS secara akurat.

Kasus HIV/AIDS pada PSK ditularkan oleh anggota masyarakat yaitu laki-laki dewasa yang merupakan bagian dari keluarga. Penyebaran HIV di kalangan umum (masyarakat) justru terjadi melalui laki-laki bukan karena PSK. Laki-laki yang mengidap HIV/AIDS menularkan HIV kepada orang lain tanpa dia sadari karena orang-orang yang mengidap HIV/AIDS tidak menyadari dirinya sudah tertular HIV/AIDS. Ini terjadi karena tidak ada tanda-tanda yang khas AIDS pada fisik mereka.

Disebutkan pula: Dengan demikian, semua orang harus lebih waspada dan membentengi diri dengan setia kepada pasangan.

Membentengi diri agar tidak tertular HIV melalui hubungan seksual adalah dengan tidak melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan pasangan yang berganti-ganti atau dengan yang sering berganti-ganti pasangan.

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke, dr. Stef Osok, jumlah penderita HIV/AIDS maupun IMS saat ini, mengalami penurunan sangat tinggi jika dibandingkan dengan beberapa tahun silam. Karena orang sudah mulai sadar dan selalu menggunakan kondom ketika berhubungan badan dengan lawan jenis.

Yang dimaksud Osok bukan insiden infeksi IMS dan HIV baru, tapi jumlah orang yang terdeteksi mengidap IMS dan HIV.

Pertanyaan untuk Osok adalah:

(1) Beberapa tahun silam bagaimana kasus-kasus IMS dan HIV/AIDS terdeteksi?

(2) Pada kalangan mana kasus IMS dan HIV/AIDS terjadi penurunan dibandingkan beberapa tahun silam?

(3) Beberapa tahun silam berapa orang yang tes IMS dan HIV pada kurun waktu tertentu?

(4) Sekarang berapa orang yang tes IMS dan HIV pada kurun waktu tertentu?

(5) Beberapa tahun silam bagaimana penjangkauan terhadap masyarakat terkait dengan HIV/AIDS?

(6) Sekarang bagaimana penjangkauan terhadap masyarakat terkait dengan HIV/AIDS?

Jawaban dari pertanyaan di atas akan memberikan gambaran ril terkait dengan penyebaran HIV/AIDS di Merauke.

Menurut Osok, secara umum mereka yang terjangkit penyakit HIV/AIDS lantaran hubungan sex tidak menggunakan kondom.

Pertanyaannya: Apa program yang konkret untuk ‘memaksa’ laki-laki memakai kondom ketika melacur?

Masih menurut Osok: “Jika orang ingin bebas, maka yang harus dilakukan adalah setia kepada pasangan dan tidak melakukan seks bebas.”

Kalau ‘seks bebas’ yang dimaksud Osok adalah melacur, maka tidak ada kaitan langsung antara melacur dan penularan HIV karena penularan HIV juga bisa terjadi dalam ikatan pernikahan.

Penularan HIV melalui hubungan seksual di dalam dan di luar nikah (sifat hubungan seksual) terjadi karena salah satu mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom (kondisi hubungan seksual).

Selama laki-laki ‘hidung belang’ di Merauke tidak mau memakai kondom ketika melacur, maka mereka akan berisiko menularkan IMS dan HIV atau dua-dua sekaligus kepada PSK atau sebaliknya mereka berisiko tertular IMS dan HIV atau dua-dua sekaligus dari PSK. ***[AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap]***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.