Tanggapan Berita
(9/10-2012) – “Dinas Kesehatan Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur,
kesulitan memantau aktivitas seorang pria pengidap HIV/AIDS (ODHA) di daerah
tersebut yang ditengarai gemar melakukan seks bebas.” Ini lead pada berita “Awas, Seorang Pengidap HIV/AIDS di Trenggalek Bebas
Berkeliaran Lakukan Seks Bebas”
di EKSPOSnews
(25/9-2012).
Dikabarkan kasus kumulatif HIV/AIDS di Kab
Trenggalek tercatat
27 dengan 7 kematian.
Pertama, judul berita ini sensasional. Jika dilihat dari
aspek epidemilogi, maka bukan hanya satu orang yang ‘berkeliaran’, tapi ada
pengidap HIV/AIDS lain yang juga menyebarkan HIV/AIDS, terutama melalui
hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.
Kedua, penyebaran HIV/AIDS erat kaitannya dengan fenomena
gunung es. Artinya, kasus yang terdeteksi tidak menggambarkan kasus yang
sebenarnya karena banyak orang yang sudah mengidap HIV/AIDS tapi tidak
menyadarinya karena tidak ada tanda-tanda yang khas AIDS pada fisik mereka.
Ketiga, yang potensial menyebarkan HIV/AIDS adalah
orang-orang yang sudah mengidap HIV/AIDS tapi tidak terdeteksi. Karena Pemkab
Trenggalek tidak mempunyai mekanisme yang konkret untuk mendeteksi HIV/AIDS di
masyarakat, maka penduduk yang mengidap HIV menjadi mata rantai penyebaran
HIV/AIDS.
Selain seorang pria itu di masyarakat ada penduduk
lain yang mengidap HIV/AIDS, terutama di kalangan pekerja seks komersial (PSK).
Yang menjad persoalan bukan pria yang mengidap HIV/AIDS itu, tapi perilaku
penduduk Kab Trenggalek: Apakah ada penduduk Kab Trenggalek, terutama laki-laki
dewasa, yang sering melacur tanpa kondom di wilayah Kab Trenggalek atau di luar
wilayah Kab Trenggalek?
Kalau jawabannya TIDAK ADA, maka tidak
ada penyebaran HIV/AIDS dengan faktor risiko hubungan seks di Kab Trenggalek.
Tapi, kalau jawabannya ADA, maka
penyebaran HIV/AIDS di Kab Trenggalek dipicu oleh hubungan seksual tanpa kondom
di dalam dan di luar nikah.
Suparman,
Kabid Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan
Trenggalek, mengungkapkan pria
pengidap HIV tersebut tinggal di salah satu daerah di Kecamatan Panggul dan
kondisinya sudah sangat parah. “ …. perilakunya karena menurut informasi, orang
ini jika punya uang masih suka 'jajan'."
Secara
umum ‘jajan’ dimaksudkan melacur dengan PSK. Tidak jelas apakah di Kab
Trenggalek ada lokasi pelacuran.
Dalam
kaitan ini yang jadi persoalan bukan pria tsb., tapi laki-laki dewasa penduduk
Trenggalek yang suka melacur tanpa kondom.
Dikabarkan
Dinkes Trenggalek saat ini juga tengah memantau dua PSK setempat yang
dinyatakan positif mengidap HIV/AIDS. Kedua PSK berasal dari lokalisasi pelacuan
Ngujang, Kab Tulungagung yang sudah ditutup.
Menurut
Suparman: “Sejak dipulangkan, kami juga mengkhawatirkan keberadaan keduanya
apabila masih beraktivitas sebagaimana biasa mereka lakukan saat masih di
(lokalisasi) Ngujang."
Suparman
tidak objektif. Biar pun banyak PSK yang mengidap HIV/AIDS kuncinya ada pada
laki-laki: Apakah ada laki-laki penduduk Kab Trenggalek yang melacur tanpa
kondom di lokalisasi Ngujang?
Kalau jawabannya TIDAK ADA, maka Dinkes Trenggalek tidak perlu risau. Tapi, kalau jawabannya ADA, maka ada persoalan besar terkait dengan penyebaran HIV/AIDS yaitu disebarkan oleh laki-laki yang tertular HIV dari PSK di lokalisasi Ngujang.
Laki-laki
yang tertular HIV/AIDS dari PSK di lokalisasi Ngujang menjadi mata rantai
penyebaran HIV secara horizontal di masyarakat, terutama melalui hubungan
seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah. ***[AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap]***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.