KARAWANG, RAKA - Pemerintah
Kabupaten Karawang harus menyertakan peranan pers dalam upaya penanggulangan
HIV/AIDS. Disisi lain, wartawan yang bertugas di daerah endemik HIV/AIDS
juga harus memperdalam seluk beluk penyakit tersebut, sehingga dapat
menghasilkan pemberitaan yang tuntas dan mencerahkan masyarakat.
Dalam diskusi yang bertajuk “Peran Komunikasi dalam Penanggulangan HIV/AIDS di Karawang” yang diselenggarakan Yayasan Pantura Plus bekerjasama dengan Komisi Penganggulangan AIDS Provinsi Jawa Barat di RM Alam Sari, Jalan Tuparev Karawang, Kamis (12/7), Syaiful W Harahap, dari LSM InfoKespro yang menjadi pembicara utama mengemukakan, peranan pers tidak bisa diremehkan dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS. Hanya saja, pemahaman insan pers terkait dengan obyek pemberitan itu masih perlu diperdalam.
Menurut pengamatan Syaiful W Harahap yang juga mantan Wartawan Tabloid Mutiara Jakarta, HIV/AIDS, tidak banyak pers Indonesia yang mengulas soal HIV/AIDS secara intens dalam penerbitannya. Hal ini bisa jadi karena pengetahuan wartawan terkait HIV/AIDS masih sangat minim sehingga tidak bisa menggali lebih dalam lagi tentang penyakit yang menyerang kekebalan tubuh manusia itu. Kalaupun wartawan mau menulis tentang AIDS, bisa jadi hanya menyangkut peristiwanya saja atau straight news.
“Memang tulisan HIV/AIDS tidak bisa dijual, tapi sebagai lembaga yang memiliki tanggungjawab moral pers harus ikut berperan dalam penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia,” tandasnya.
Pemerintah Kabupaten Karawang yang daerahnya merupakan endemik HIV/AIDS menurut Syaiful tidak boleh meremehkan peranan wartawan dalam mensosialisaikan seluk beluk HIV/AIDS kepada masyarakat. Dengan keterbukaan informasi dan tidak pelit memberikan pembekalan ilmu kepada wartawan akan sangat menguntungkan pemerintah daerah itu sendiri.
“Pengobatan HIV/AIDS itu mahal dan
seumur hidup. Kalau kita tidak antisipasi dari sekarang dengan
mensosialisasikan kepada masyarakat, bisa-bisa APBD habis tersedot untuk
pengobatan penderita HIV/ AIDS di Karawang yang cukup banyak,” tandasnya.
Sementara itu Tri Irwanda M, Pengelola Program Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Jabar menyebutkan, Kabupaten Karawang merupakan salah satu daerah yang menjadi perhatian khusus KPA Jabar karena pravalensi HIV/AIDS cukup tinggi. Sampai saat ini penderita HIV/AIDS positif yang terdata oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang, di daerah ini mencapai 283 orang. Bagi penderita HIV/AIDS yang sudah terlacak, KPA sudah memiliki program dalam penanganannya.
Yang justru menjadi ketakutan semua pihak adalah pengidap HIV yang tidak terlacak karena mereka inilah bisa jadi menularkan ke banyak orang secara berantai. “Dengan kondisi ini, KPA tidak bisa membuat program yang jelas untuk menanggulanginya karena keberadaan mereka seperti gunung es yang tidak terlihat tapi sangat membahayakan,” ucapnya.
Salah satu program yang bisa dilakukan KPA untuk menanggulanginya adalah mempererat hubungannya dengan pers. Sebab, pers sangat efektif dalam mensosialisasikan seluk beluk HIV/AIDS. Oleh karena itu, pembekalan ilmu mengenai seluk beluk HIV/AIDS kepada wartawan sangat penting sehingga dalam penulisannya bisa lebih komprehensif dan mencerahkan masyarakat.
“Selama ini yang kita temui,
wartawan dalam penulisannya cuma di permukaan saja, tidak mendalam karena
memang tidak memahaminya,” ujar Tri Irwanda yang alumnus Jurnalistik
Universitas Padjadjaran ini. (ops)
[Sumber: http://www.radar-karawang.com/2012/07/pers-harus-dilibatkan-dalam.html?m=0
- 14 Juli
2012]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.