Tanggapan Berita (28/10-2012) – “240 Pasien HIV/AIDS Dirujuk ke RSSA Malang”.
Ini judul berita di Okezone (1/10-2012).
Judul
ini fantastis dan sensasional. Berita tsb. tentang pengidap HIV/AIDS di Kab
Probolinggo, Jatim, yang dikabarkan harus dirujuk ke Malang.
Pertama, tidak semua
orang yang terdeteksi HIV/AIDS otomatis harus berobat.
Kedua, dikesankan 240
pengidap HIV/AIDS itu harus mendapakan perawatan khusus.
Ketiga, puskesmas dan
rumah sakit bisa menangani penyakit-penyakit yang terkait dengan infeksi HIV,
seperti diare, jamur, dan TBC.
Dalam
berita disebutkan: “Mereka dirujuk karena tidak ada rumah sakit yang memiliki
fasilitas pengobatan khusus untuk pasien positif HIV/AIDS di Probolinggo.”
Lagi-lagi
pernyataan ini mengesankan orang-orang yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS harus
menjalani penanganan khusus. Pernyataan ini tidak pas karena puskesmas dan
rumah sakit mempunyai fasilitas pengobatan untuk orang-orang yang terdeteksi
HIV/AIDS. Penanganan yang intensif dibutuhkan untuk pasien-pasien dengan semua
jenis penyakit pada tahap tertentu.
Disebutkan
lagi: “Untuk gelombang pertama diberangkatkan hari ini sebanyak 10 pasien.
Mereka akan menjalani pemeriksaan dan pengobatan secara rutin.”
Pernyataan
ini pun tidak akurat karena tidak semua orang yang sudah terdeteksi HIV/AIDS
otomatis harus ‘menjalani pemeriksaan dan pengobatan secara rutin’.
Pemberian
obat antiretroviral (ARV) kepada orang-orang yang mengidap HIV/AIDS pun tidak
otomatis ketika mereka terdeteksi mengidap HIV/AIDS karena harus menjalani tes
CD4 dulu. Jika CD4 sudah di bawah 350 baru diberikan obat ARV.
Menurut Badrut Taman, Manager Kasus Penanganan HIV/AIDS LSM Prolink Community, Kabupaten Probolinggo: "Mayoritas dari mereka tertular dari orangtuanya dan juga dari jarum suntik."
Jika
disimak pernyataan Badrut di atas tentulah sebagian besar dari 240 pengidap
HIV/AIDS di Probolinggo itu bayi atau anak-anak.
Pertanyaan
untuk Badrut yang tidak ditanya oleh wartawan adalah: Apakah orang tua,
terutama ayah, bayi dan anak-anak tsb. sudah menjalani tes HIV?
Kalau
jawabannya TIDAK, maka penyebaran HIV/AIDS melalui ayah bayi atau anak-anak
yang terdeteksi HIV/AIDS itu akan terus terjadi, terutama melalui hubungan
seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.
Celaknya,
dalam berita tidak dijelaskan apa penyakit, disebut sebagai infeksi
oportunistik, 240 orang yang terdeteksi HIV/AIDS tsb. sehingga mereka harus
dirujuk ke Malang.
Karena
tidak ada informasi tentang penyakit 240 orang yang mengidap HIV/AIDS sampai
mereka dirujuk ke Malang mengesanan orang-orang yang tertular HIV harus
mendapatkan perawatan khusus. Ini yang mendorong stigma (cap buruk) dan
diskriminasi (perlakuan berbeda) terhadap orang-orang yang mengidap HIV/AIDS. ***[AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap]***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.