"Germo Harus Bisa Paksa Tamu Pakai Kondom"
Oleh : Nur Aini
Denpasar
(beritadewata.com) – Ada sekitar 17 pintu, cara masuknya pintu virus HIV ke
dalam tubuh. Diantaranya, hubungan seks antara laki-laki terinfeksi dengan
wanita yang negatif, hubungan seks wanita positif HIV dengan laki-laki yang
negatif, berganti-ganti pasangan dalam berhubungan seks, laki-laki yang
tanpa sengaja meminum air susu wanita lain, yang diduga beresiko HIV, ataupun
dengan cara berganti-ganti jarum suntik, ketika menggunakan narkoba. Dan masih
banyak lagi, yang cara penularan dengan empat caira, yakni air mani, cairan
vagina, darah dan juga air susu ibu (ASI).
Dengan banyaknya pintu, tempat HIV masuk, tentunya tidak mudah untuk
menghilangkan ataupun memusnakan penyebaran virus tersebut. Namun paling tidak,
dari pintu hubungan seksual, yang bisa digerakkan. Agar, bisa menekan angka
pertumbuhan penderita baru HIV.
“Cara masuknya virus HIV, kebanyakan dari perilaku seks yang beresiko. Jadi, paling tidak, di hal yang berkaitan dengan hubungan seks tersebut, yang bisa diawasi penyebaran virus HIVnya. Salah satunya, yakni membuat lokalisasi,” ujar Syaiful W. Harahap, pemerhati dan aktivis HIV/AIDS, pada Lokakarya HIV dan Media di Hotel Sri Phala, Sanur, Denpasar, Sabtu siang (22/9).
Meski dibuatkan lokalisasi. Namun, harus ada kesepatan antara pihak berwewenang dengan pengelola lokalisasi. Yakni, setiap “tamu” yang datang, diwajibkan untuk memakai kondom. Sebab, dengan menggunakan kondom, paling tidak, resiko untuk tertular HIV bisa ditekan.
“Cara masuknya virus HIV, kebanyakan dari perilaku seks yang beresiko. Jadi, paling tidak, di hal yang berkaitan dengan hubungan seks tersebut, yang bisa diawasi penyebaran virus HIVnya. Salah satunya, yakni membuat lokalisasi,” ujar Syaiful W. Harahap, pemerhati dan aktivis HIV/AIDS, pada Lokakarya HIV dan Media di Hotel Sri Phala, Sanur, Denpasar, Sabtu siang (22/9).
Meski dibuatkan lokalisasi. Namun, harus ada kesepatan antara pihak berwewenang dengan pengelola lokalisasi. Yakni, setiap “tamu” yang datang, diwajibkan untuk memakai kondom. Sebab, dengan menggunakan kondom, paling tidak, resiko untuk tertular HIV bisa ditekan.
“Jika memang dibuatkan lokalisasi, harus ada kesepakatan antara pemerintah
dengan germo, agar setiap laki-laki yang datang, diwajibkan untuk memakai
kondom. Pemakaian kondom, paling tidak bisa meminimalisasi resiko tertularnya
HIV,” pungkasnya.
Selain hal di atas, cara yang lain, yakni mewajibkan ibu hamil, dengan umur kandungan dibawah enam bulan. Untuk melakukan screening, ataupun tes HIV. Guna mengetahui, apakah sang ibu terinfeksi HIV atau tidak. Sehingga, nantinya pada kelahiran, sang bayi bisa tertular ataupun terinfeksi virus HIV, yang diturunkan orang tuanya.
Selain hal di atas, cara yang lain, yakni mewajibkan ibu hamil, dengan umur kandungan dibawah enam bulan. Untuk melakukan screening, ataupun tes HIV. Guna mengetahui, apakah sang ibu terinfeksi HIV atau tidak. Sehingga, nantinya pada kelahiran, sang bayi bisa tertular ataupun terinfeksi virus HIV, yang diturunkan orang tuanya.
“Persalinan bayi dari ibu pengindap HIV ditangani dokter, resiko tertular virus sekitar 8 persen. Sementara, yang tidak ditangani dokter, resiko sang bayi terinfeksi bisa mencapai 30 persen,” terangnya.
[Sumber:
http://beritadewata.com/Life_Style/Kesehatan/Lokalisasi,_Solusi_Menekan_Angka_Penderita_HIV_Baru.html]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.