Tanggapan Berita (19/10-2012) - Ketua
Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi (KPAP) Sulawesi Utara (Sulut), dr
Tangel-Kairupan, mengatakan, sebaran tertinggi pengidap HIV-AIDS berada di Kota
Manado (Pengidap HIV-AIDS Tertinggi di
Sulut, Manado, www.beritasatu.com,
26/9-2012).
Penjelasan
tentang fakta itu tidak komprehensif karena hanya disebutkan bahwa banyak kasus
di Kota Manado terjadi karena “dinamika Kota Manado dan Bitung dilihat dari
perkembangan perkotaan, jauh lebih maju dibanding dengan beberapa kabupaten dan
kota lainnya di Sulut”.
Apakah
ada kaitan langsung antara perkembangan kota dengan penularan HIV?
Tidak
ada!
Risiko
penularan HIV erat kaitannya dengan perilaku orang per orang, terutama terkait
dengan perilaku seks.
Kondisi
Kota Manado dan Bitung yang perkembangannya pesat disebutkan pula sebagai
penyebab “angka risiko terjadinya penularan HIV di kedua kota ini menjadi
sangat potensial di banding dengan daerah lainnya”.
Disebutkan
kasus kumulatif HIV/AIDS yang tercatat di Kota Manado mencapai 432 yang terdiri
atas 138 HIV dan 294 AIDS. Sedangkan di Kota Bitung dilaporkan 248 dengan
rincian 150 HIV dan 98 AIDS.
Disebutkan oleh Tangel: "Manado dan Bitung menyebar pusat hiburan dan cukup banyak. Dengan sendirinya risiko terjadi penularan virus HIV semakin tinggi."
Pengunjung
ke pusat hiburan yang ada di Kota Manado dan Kota Bitung tidak hanya penduduk
setempat, tapi ada juga penduduk dari kota atau daerah lain di Sulut.
Lagi-lagi
pernyataan terkait dengan jumlah kasus di Kota Manado mengabaikan fakta yaitu
fasilitas tes HIV hanya ada di Kota Manado, kemudian Kota Bitung, dan Tomohon sebelum
klinik VCT dikembangkan tahun-tahun berikutnya di beberapa dareah belakangan
ini.
Karena
di daerah lain di Sulut tidak ada fasilitas tes, maka ada rujukan atau
dampingan LSM dari daerah yang tes HIV di Kota Manado, al. di RSUP
Prof. Dr. R.D. Kandou.
Karena banyak yang tes HIV di Kota
Manado, maka kasus tsb. tercatat di Kota Manado.
Selain itu pasien dengan berbagai macam
penyakit dari daerah juga dirujuk ke RSUP Kandou. Di antara pasien itu ada yang
menunjukkan gejala terkait HIV/AIDS sehingga dianjurkan tes HIV. Nah, pasien
dari daerah pun jika terdeteksi HIV akan tercatat sebagai kasus HIV/AIDS di
Kota Manado.
Kasus-kasus dari daerah lain di Sulut
yang tercatat di Kota Manado akan menggelembungkan angka kasus HIV/AIDS di Kota
Manado. Sebaliknya, kasus-kasus dari daerah lain yang sudah tercatat di Kota
Mando tidak tercatat di daerah asal kasus sehingga ada daerah yang kasusnya
rendah.
Sudah saatnya Dinkes Prov Sulut mencatat kasus HIV/AIDS yang terdeteksi di Kota Manado atau kota dan daerah lain dicatat sebagai kasus di domilisi penduduk yang terdeteksi HIV/AIDS. Data ini juga akan memberikan gambaran ril tentang kasus HIV/AIDS di setiap daerah.
Sudah saatnya Dinkes Prov Sulut mencatat kasus HIV/AIDS yang terdeteksi di Kota Manado atau kota dan daerah lain dicatat sebagai kasus di domilisi penduduk yang terdeteksi HIV/AIDS. Data ini juga akan memberikan gambaran ril tentang kasus HIV/AIDS di setiap daerah.
Upaya
penanggulangan HIV/AIDS terkait dengan perilaku seks pada pusat hiburan, menurut
Tangel, kelompok-kelompok berisiko yang bekerja di tempat-tempat hiburan malam
terus diberi penyadaran sehingga terjadi perubahan perilaku.
Untuk
mencapai kondisi perilaku seks yang aman, yaitu perempuan penghibur, yang juga
melayani hubungan seksual sebagai pekerja seks, hanya meladeni laki-laki yang
memakai kondom memerlukan waktu yang lama. Lagi pula tidak ada jaminan semua
laki-laki akan memakai kondom setiap kali melakukan hubungan seksual dengan
pekerja seks.
Untuk
itulah diperlukan program yang konkret yaitu ‘wajib kondom 100 persen’ untuk menurunkan
insiden infeksi HIV baru pada laki-laki melalui hubungan seksual dengan pekerja
seks.
Celakanya,
Perda AIDS Prov Sulut pun sama sekali tidak memberikan cara yang konkret untuk
menanggulangi penyebaran HIV di Sulut (Lihat: Menguji Peran Perda HIV/AIDS Prov Sulawesi Utara* - http://www.aidsindonesia.com/2012/10/menguji-peran-perda-hivaids-prov.html).
Persoalannya
adalah praktek pelacuran di Kota Manado tidak dilokalisir melalui regulasi
sehingga program tidak bisa dijalankan dengan sanksi hukum.
Selama
pelacuran di Kota Manado dan Kota Bitung tidak dilokalisir, maka program penanggulangan HIV/AIDS tidak
akan bisa dijalankan. Maka, penyebaran HIV/AIDS pun akan terus terjadi,
terutama melalalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.
Ini kelak akan bermuara pada ‘ledakan AIDS’. ***[AIDS Watch Indonesia/Syaiful
W. Harahap]***
Obat Kuat
BalasHapusObat Pembesar Penis
VmenPlus
Alat Pembesar Penis
Boneka Full Body
Celana Hernia
Obat Penggemuk Badan
Obat Penghilang Tatto
Obat Peninggi Badan
Obat Penyubur Sperma
Artikel Gue
Obat Kuat Cialis
Alat Bantu Sex Pria
Obat Perangsang Wanita
Obat Pelangsing Badan
Lintah Oil Papua
Vakum Pembesar Payudara
Cream Pemutih Wajah
Alat Bantu Sex Wanita
Obat Kuat Viagra
Kondom Bergerigi
Selaput Dara Buatan
Tongkat Madura
Cream Perontok Bulu
Obat Peninggi Badan
Video Bokep Terbaru
Cerita Dewasa