Tanggapan Berita (29/10-2012) – “
…. saat ini Kipas terus mendorong peningkatan pelayanan terhadap para populasi
kunci yakni gay, waria, lesbian, penjaja seks komersial dan pengguna narkoba
yang rawan terinfeksi HIV/Aids.” Ini pernyataan Direktur Yayasan Kipas Bengkulu, Merly Yuanda,
dalam berita “4.316 Orang Di Bengkulu Rentan HIV/AIDS” (www.antaralampung.com,
26/10-2012).
Dikabarkan
saat ini tercatat lebih dari 500 kasus HIV/AIDS yang tersebar di sepuluh
kabupaten dan kota di wilayah Prov Bengkulu.
Yang
dilakukan Kipas ini tidak menyentuh akar persoalan terkait dengan insiden
infeksi HIV baru, terutama pada laki-laki dewasa, melalui hubungan seksual
dengan pekerja seks komersial (PSK).
Persoalan
besar adalah tidak ada regulasi yang konkret untuk menurunkan insiden infeksi
HIV baru, terutama pada laki-laki dewasa, melalui hubungan seksual dengan PSK.
Pemprov
Bengkulu dan pemerintah kabupaten dan kota di Bengkulu boleh-boleh saja menepuk
dada: Di daerah kami tidak ada pelacuran!
Pernyataan
itu memang benar karena di wilayah Prov Bengkulu tidak ada lokalisasi pelacuran
yang dibentuk berdasakan regulasi.
Tapi,
apakah Pemprov Bengkulu bisa menjamin tidak ada praktek pelacurna di
wilayahnya?
Kalau
jawabannya BISA, maka tidak ada penyebaran HIV/AIDS dengan faktor risiko
hubungan seksual di wilayah Prov Bengkulu.
Tapi,
kalau jawabannya TIDAK BISA, maka Pemprov Bengkulu dan pemerintah kabupaten dan
kota di Bengkulu menghadapi persoalan besar yaitu penyebaran HIV/AIDS melalui laki-laki
dewasa yang tertular HIV dari PSK menjadi mata rantai penyebaran HIV di
masyarakat.
Kasus
HIV/AIDS yang terdeteksi pada ibu-ibu rumah tangga menunjukkan suami mereka
melakukan hubungan seksual dengan perempuan yang berganti-ganti atau dengan
perempuan yang sering berganti-ganti pasangan, terutama PSK.
Dikabarkan
bahwa 4.316 orang sudah dijangkau dengan pelayanan konseling dan 468 orang
sudah dirujuk tes HIV ke klinik VCT yaitu tempat tes HIV gratis dengan
konseling dan kerahasiaan.
Sekretaris
KPA Prov Bengkulu, Abdi Setia Kusuma, mengatakan: "Kami bersyukur lembaga
swadaya masyarakat termasuk Yayasan Kipas yang mengambil peran penting dalam
penanggulangan HIV/AIDS."
Pertanyaan
untuk Abdi: Apa program konkret yang dijalankan KPA Prov Bengkulu untuk
menanggulangi penyebaran HIV/AIDS?
Sayang,
dalam berita tidak ada penjelasan langkah-langkah konkret yang dilakukan di
Bengkulu untuk menanggulangi HIV/AIDS. Maka, Pemprov Bengkulu tinggal menunggu
waktu saja untuk ‘panen AIDS”. ***[AIDS
Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap]***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.