Tanggapan Berita (7/9-2012) - “ …. untuk
mensukseskan program zero penularan HIV/Aids perlu dilakukan kerja sama dengan
LSM yang memiliki kepedulian terhadap penyakit ini.” Ini pernyataan Pengelola Program HIV/Aids Dinkes Kabupaten
Bangka, Sopianto di berita “Penanganan HIV/Aids.
Dinkes
Harapkan Dukungan LSM” (www.radarbangka.co.id, 1/9-2012).
Kasus kumulatif HIV/AIDS di Kab Bangka, Prov Bangka Belitung, sampai Agustus 2012 dilaporkan 58 (radarbangka.co.id, 31/8-2012).

Kasus yang terdeteksi (58) digambarkan sebagai puncak gunung es yang muncul ke atas permukaan air laut, sedangkan kasus yang tidak terdeteksi di masyarakat digambarkan sebagai bongkahan es di bawah permukaan air laut (Lihat Gambar).
Pernyataan ‘program zero penularan HIV/Aids’ adalah mimpi karena
mustahil penularan HIV/AIDS bisa dihentikan.
Pertama, di
masyarakat masih ada yang tidak terdeteksi mengidap HIV/AIDS. Mereka akan
menjadi mata rantai penularan HIV, terutama melalui hubungan seksual tanpa
kondom di dalam dan di luar nikah, di masyarakat (Lihat Gambar 1 dan Gambar 2).
Kedua, tidak ada jaminan bahwa tidak
akan ada lagi laki-laki dewasa penduduk Kab
Bangka yang melacur tanpa kondom di Kab Bangka atau di luar Kab Bangka.
Dua alasan itu merupakan bukti bahwa
‘program zero penularan HIV/Aids’ tidak akan mungkin bisa
dicapai.
Yang bisa dilakukan Pemkab Bangka
adalah menurunkan insiden infeksi HIV baru pada laki-laki dewasa melalui
hubungan seksual dengan pekerja seks komersial (PSK). Hal ini bisa dicapai melalui program ‘wajib
kondom 100 persen’ bagi laki-laki yang melacur dengan PSK di lokalisasi
pelacuran.
Langkah konkret itu jelas tidak bisa
diterapkan di Kab Bangka karena tidak ada lokalisasi pelacuran yang merupakan
hasil regulasi. Akibatnya, upaya untuk menurunkan indisen infeksi HIV baru pada
laki-laki dewasa pun tidak bisa dilakukan.
Maka, penyebaran HIV/AIDS akan terus
terjadi di masyarakat karena tidak ada tanda, gejala atau ciri-ciri yang khas
AIDS pada fisik orang-orang yang sudah mengidap HIV.
Disebutkan, LSM dinilai sebagai
bagian yang bisa menjangkau masyarakat khususnya kelompok berisiko tinggi,
termasuk para pekerja seks komersial (PSK), para waria dan pelanggan PSK yang
memang tidak terlihat dan menyebar di masyarakat.
Selama pelacuran tidak dilokalisir,
maka selama itu pula praktek pelacuran terjadi di sembarang tempat dan
sembarang waktu. Kondisi ini tidak akan bisa dijangkau oleh LSM.
Disebutkan pula: “ …. Bagaimana cara
supaya remaja-remaja kita yang berisiko untuk menghindari prilaku berisiko
terkena HIV/AIDS agar bisa memiliki tanggungjawab terhadap diri sendiri.
Minimal mereka tahu apa saja yang perlu dilakukan agar tidak tertular."
Yang menjadi mata rantai penyebaran
HIV/AIDS adalah laki-laki dewasa, terutama para suami. Buktinya, mulai banyak kasus
HIV/AIDS pada ibu rumah tangga. Ini menunjukkan mereka tertular HIV dari
suaminya.
Lagi pula remaja yang tertular HIV
akan berhenti pada diri mereka karena mereka belum mempunyai pasangan tetap.
Sedangkan laki-laki dewasa selain mempunyai pasangan tetap atau istri, mereka
juga ada yang melacur.
Dikabarkan Dinkes Bangka sudah membentuk
koordinasi dengan LSM P2HP, LSM Nur Dewi Lestari, Lembaga Pencegahan Hiv Aids,
LSM Bang Happy dan Komisi Penanggulangan Aids (KPA) yang membantu program kita
di lapangan yaitu penyediaan layanan infeksi menular seksual (IMS) dan
klinik VCT.
Layanan klinik IMS dan klinikVCT
adalah penanggulangan di hilir. Artinya, Dinkes Bangka menunggu penduduk
tertular IMS atau HIV dahulu baru ditangani.
Yang diperlukan adalah langkah
konkret untuk menurunkan insiden infeksi HIV baru di hulu, terutama pada
laki-laki dewasa.
Jika
Pemkab Bangka tidak mempunyai program yang konkret untuk menanggulangi
HIV/AIDS, maka penyebaran HIV/AIDS akan terus terjadi yang kelak akan bermuara
pada ‘ledakan AIDS’. ***[AIDS Watch Indonesia/Syaiful
W. Harahap]***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.