Parepare (AWI-25/9-2012) - Biar pun sarana dan prasarana pencegahan penularan HIV dari-ibu-ke-bayi yang dikandungnya (PMTCT/prevention-mother-to-child-transmission) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Andi Makkasau Kota Parepare, Sulawesi Selatan, belum ada, tetapi sebagai salah satu rumah sakit yang menjalankan program PMTCT, hal itu bukan halangan untuk melayan ibu hamil. Banyak kalangan yang berharap agar sarana dan prasarana yang mendukung program PMTCT di rumah sakit itu, segera dibangun.
Biar
pun persalinan di rumah sakit itu sudah menerapkan prosedur, namun ketakutan
akan tertular HIV tetap saja menghantui. Salah seorang tenaga medis yang enggan
disebut namanya mengatakan: “Kita ‘kan tidak tahu bagaimana prosedur standar
pajanan yang aman supaya tidak
terrtular. Apalagi pelatihan atau sosialisasi yang mendalam soal pemberian
layanan yang aman jika membantu proses melahirkan belum dilakukan,” katanya.
Agussalim,
di bagian CST (pusat layanan dan dukungan) pada Klinik VCT (tes HIV sekarela dengan
konseling) HIV/AIDS RSUD Andi Makkasau membenarkan hal tersebut. Menurut
Agussalam, tenaga medis dihantui kertakutan dalam memberikan pelayanan pada proses
persalinan karena sarung tangan yang dipergunakan standard dan belum pernah ada
pelatihan bagaimana mestinya membantu proses melahirkan yang aman supaya tidak
tertular HIV. “Walau tenaga medis merasa takut, tapi hingga kini belum ada
pasien Odha (Orang dengan HIV/AIDS) yang ditolak jika akan melahirkan,”
ujarnya.
Masih
menurut Agussalim, bukan hanya karena belum pernah mengikuti pelatihan yang
membuat tenaga medis ketakutan jika membantu proses melahirkan, tapi yang
menjadi masalah besar karena ada beberapa kasus pasiennya ketakutan terpapar
virus HIV justru setelah menjalani operasi Caesar. Hal itu terjadi karena tidak semua pasien yang akan
melahirkan melakukan tes HIV, terutama pasien rujukan dari daerah.
Menghindari
ketakutan tenaga medis dalam memberikan pelayanan proses melahirkan menurut
konsulen CST Klinik VCT RSUD Andi Makkasau Parepare, dr Hj Carolin Noordien, dia
telah meminta kepada dokter kandungan dan konselor supaya proaktif melakukan
tes HIV bagi ibu hamil. Yang jadi masalah menurut Carolin adalah sebagian
konselor belum mengikuti pelatihan konselor. Oleh karena itu, dia menghaharapkan
agar ada yang mengikuti pelatihan, seperti di lingkungan Kemenkes.
Agussalim
mengatakan, setiap bulan yang melakukan tes HIV sekitar 100 orang dari berbagai
kalangan. Dari 100 orang yang melakukan tes HIV setiap bulan datang dari
berbagai kalangan di masyarakat.
Sejak
tahun 2006 sampai Agustus 2012 kasus HIV/AIDS di RSUD Andi Makkasau tercatat
173 dari berbagai daerah di wilayah Ajateppareng Sulsel antara lain dari
Pareare, Barru, Enrekang, Pinrang, Sidrap, Soppeng, Wajo dan Polmas
(Sulbar). ***[AIDS Watch Indonesia/Laporan: Santiaji
Syafaat-Parepare]***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.