Tanggapan Berita (29/9-2012) – “Wanita yang berasal dari Kecamatan Toili tersebut, oleh
pihak RSUD Luwuk, dinyatakan positif mengidap Aids stadium 4, dengan lama masa
kehidupan sekitar 2 tahun lagi.” Pernyataan ini dibenarkan oleh Rampia Laamiri,
Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Banggai. (Ditemukan Wanita Penderita AIDS Stadium 4,
www.jpnn.com,13/9-2012 ).
Pernyataan di atas benar-benar di
luar akal sehat karena tidak ada seorang pun yang bisa memastikan kematian
seseorang apapun penyakitnya. Lagi pula dalam HIV/AIDS tidak dikenal ada
stadium karena infeksi HIV hanya menjadikan seseorang sampai pada masa AIDS
yaitu sudah kondisi kekebalan seseorang turun drastis pada rentang waktu 5 – 15
tahun setelah tertular HIV.
Yang positif bukan ‘mengidap Aids
stadium 4’, tapi mengidap HIV. Artinya, seseorang terdeteksi sudah tertular HIV
melalui tes HIV. Setelah tertular antara 5 – 15 tahun baru mencapai masa AIDS.
Pada masa AIDS seseorang mudah tertular penyakit karena sistem kekebalan
tubuhnya sangat rendah.
Disebutkan seorang perempuan yang
datang berobat ke rumah sakit tidak diketahui sakit apa. Dokter melihat ada
gejala-gejala terkait dengan HIV/AIDS pada tubuh wanita tersebut. Wanita
dianjurkan tes HIV. Hasilnya? “ ….
wanita tersebut telah mengidap AIDS dalam kondisi yang telah kritis."
Yang kritis bukan AIDS, tapi karena
wanita itu mengidap penyakit di masa AIDS. Sayang, dalam berita tidak
dijelaskan penyakit wanita tersebut.
Disebutkan oleh Rampia, wanita
tersebut telah kembali ke keluarganya, karena tertutup kepada pihak kesehatan
yang coba untuk memberinya pengobatan sebagai pencegahan.
Sayang, tidak jelas apa yang
dimaksud dengan ‘pengobatan sebagai pencegahan’.
Pernyataan Rampia tsb. mengesankan
semua orang yang mengidap HIV/AIDS harus minum obat. Pemberian obat, yaitu obat
antiretroviral (ARV) terkait langsung dengan HIV/AIDS diberikan jika CD4 sudah
mencapai 350.
Sedangkan penyakit yang muncul pada
masa AIDS, disebut infeksi oportunistik, seperti jamur, sariawan, TBC, dll.
diobati sebagai mana lazimnya mengobati pasien tanpa HIV/AIDS. ***[AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap]***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.