17 September 2012

Klinik VCT di Kota Metro, Lampung, Mencegah Penyebaran HIV/AIDS


Tanggapan Berita (18/9-2012) - Di sejumlah kota, perkembangan penyakit mematikan HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus Infection/Acquired Immunodeficiency Syndrome) sudah cukup mencemaskan. Di Kota Metro, Lampung, misalnya, saat ini penderita HIV/AIDS sudah mencapai 25 orang. Itu baru yang terdata. Ini lead di berita “Pengidap HIV/AIDS Bertambah” (www.jpnn.com, 12/9-2012).

Pernyataan ‘perkembangan penyakit mematikan HIV/AIDS’ menunjukkan pemahan yang tidak akurat terhadap HIV/AIDS. Belum ada laporan kematian karena HIV/AIDS. Kematian pada Odha (Orang dengan HIV/AIDS) terjadi di masa AIDS yaitu setelah tertular HIV antara 5 – 15 tahun karena penyakit yang disebut dengan infeksi oportunistik, seperti diare dan TBC.

Data penderita HIV/AIDS yang disebutkan 25 tidak menggambarkan kasus yang sebenarnya di masyarakat karena epidemi HIV/AIDS erat kaitannya dengan fenomena gunung es. Kasus yang terdeteksi (26) digambarkan sebagai puncak gunung es yang muncul ke atas permukaan air laut, sedangkan kasus yang tidak terdeteksi di masyarakat digambarkan sebagai bongkahan es di bawah permukaan air laut.


Menurut Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Wahyuningsih, merebaknya penyakit mematikan ini rata-rata diderita kaum hawa, lewat hubungan seks maupun lewat jarum suntik.

Jika disimak pernyataan Wahyuningsih di atas, maka HIV/AIDS yang banyak diderita kaum hawa tentulah ditularkan oleh kaum adam (baca: laki-laki).

Pertanyaannya adalah: Siapa kaum hawa yang dimaksud Wahyuningsih?

Jika kaum hawa yang dimaksud Wahyuningsih adalah istri atau ibu rumah tangga, maka tentulah jumlah yang sama juga terjadi pada kaum adam yaitu laki-laki atau suami mereka. Soalnya, HIV/AIDS pada ibu-ibu rumah tangga ditularkan oleh suami.

Disebutkan dinas kesehatan melakukan beberapa langkah strategis untuk meminimalisir merebaknya penyakit menular ini. Salah satu adalah mendirikan klinik  VCT (Volountery Counseling and Testing) yang ditempatkan di RS Ahmad Yani. Tujuan klinik VCT sebagai salah satu upaya pencegahan penyebaran penyakit HIV/AIDS dan penanganan pengobatannya.

Klinik VCT adalah untuk melakukan tes HIV, sehingga harus ada dulu orang yang tertular HIV baru bisa ditangani di klinik VCT. Artinya, Dinkes Metro menunggu penduduknya dulu tertular HIV baru ditangani di klinik VCT. Berarti penanggulangan yang dilakukan Dinkes Metro adalah di hilir. Pada waktu yang sama terjadi penularan di hulu, al. melalui hubungan seksual tanpa kondom pada praktek pelacuran.

Apakah di Kota Metro ada pelacuran?

Ya, Dinkes Kota Metro tentulah berkata: Tidak ada! Ini beralasan karena di Kota Metro tidak ada lokalisasi pelacuran yang dibentuk berdarakan regulasi dengan pengawasan dinas sosial.

Tapi, apakah di Kota Metro ada praktek pelacuran yang terjadi di penginapan, losmen, hotel melati dan hotel berbintang yang melibatkan pekerja seks komersial (PSK)?

Kalau Dinkes Kota Metro tetap bersikukuh mengatakan tidak ada, maka penyebaran HIV/AIDS di Kota Metro bukan dengan faktor risiko hubungan seksual tapi karena faktor-faktor lain.

Namun, kalau ternyata praktek pelacuran terjadi di Kota Metro, maka penyebaran HIV/AIDS akan terus terjadi. Kasus-kasus HIV/AIDS yang terdeteksi pada ibu-ibu rumah tangga menunjukkan suami mereka melacur tanpa kondom.

Selain itu, apakah Dinkes Kota Metro bisa menjamin tidak ada laki-laki dewasa penduduk Kota Metro yang melacur tanpa kondom d luar Kota Metro?

Kalau jawabannya bisa, maka tidak ada risiko penyebaran HIV melalui laki-laki. Tapi, kalau jawabannya tidak bisa, maka penyebaran HIV/AIDS akan merebak di Kota Metro karena laki-laki yang tertular HIV di luar Kota Metro akan menjadi mata rantai penyebaran HIV di Kota Metro, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom.

Selama Pemkot Metro tidak mempunyai program penanggulangan yang konkret, maka selama itu pula penyebaran HIV akan terus terjadi yang kelak akan bermuara pada ‘ledakan AIDS’. ***[AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap]***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.