17 September 2012

Homoseksual di Kukar, Kaltim, Rentan Tertular HIV/AIDS


Tanggapan Berita (18/9-2012) - Mewakili Bupati Kukar (Kutai Kartanegara, Prov Kaltim), Staf Ahli Bupati Bidang Pembangunan, H Hairil Anwar mengatakan penyebaran kasus AIDS saat ini tidak hanya menimpa kalangan heteroseksual sebagaimana pada awal kasus ini ditemukan namun sudah menimpa kalangan homoseksual, pengguna jarum suntik terutama pada pengguna narkoba dan prenatal (Homokseksual Rentan Terkena HIV-AIDS, korankaltim.co.id, 16/7-2012).

Hairil terbalik. Justru di awal-awal epidemi HIV/AIDS (1981) kasus HIV/AIDS terdeteksi di kalangan laki-laki gay (homoseksual). Selain itu risiko penularan HIV pada penyalahguna narkoba (narkotik dan bahan-bahan berbahaya) dengan jarum suntik bisa terjadi kalau jarum suntik dipakai secara bersama-sama dengan bergantian.

Apakah di Kukar praktek homoseksual (laki-laki dengan laki-laki, seperti gay) lebih banyak daripada heteroseksual (laki-laki dengan perempuan, seperti pelacuran)?


Sampai Maret 2012 dilaporkan kasus kumulatif HIV/AIDS di Kukar tercatat 102 yang merupakan bagian dari 2.288 kasus kumulatif HIV/AIDS di Prov Kaltim (beritasatu.com, 10/3-2012).

Disebutkan bahwa Kukar merupakan daerah tujuan wisata dan penghasil sumber daya alam tentu saja merupakan wilayah yang banyak didatangi oleh para pencari pekerja baik lokal maupun dari luar wilayah. Terkait dengan hal ini, Hairil mengatakan: “Tentunya hal ini menjadi permasalahan di bidang kesehatan yang secara khusus perlu ditangani termasuk dampaknya pada penyebaran penyakit HIV/AIDS.”

Persoalan bukan pada pendatang yang mencari kerja di Kukar, tapi ada pada penduduk Kukar, terutama laki-laki dewasa, yaitu jika melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan pekerja seks komersial (PSK) yang ada di Kukar atau di luar Kukar.

Di daerah yang tidak menjadi tujuan wisata dan tidak mempunyai kekayaan alam pun bisa saja ada penduduknya yang mengidap HIV/AIDS, al. karena melacur di luar daerahnya.

Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Kab Kukar terus melakukan sosialisasi guna mencegah penyebaran penyakit mematikan tersebut. Salah satunya dengan mensosialisasikan strategi dan rencana aksi daerah dalam penaggulangan AIDS.

HIV/AIDS bukan penyakit mematikan karena belum ada kasus kematian karena HIV/AIDS. Kematian pada Odha (Orang dengan HIV/AIDS) terjadi di masa AIDS, setelah tertular antara 5 – 15 tahun, karena penyakit yang disebut sebagai infeksi oportunistik, seperti diare danTBC.

Yang diperlukan bukan sosialisasi lagi, tapi langkah konkret untuk menurunkan insiden infeksi HIV baru pada laki-laki dewasa melalui hubungan seksual dengan PSK.

Apakah di Kukar ada pelacuran?

Tentu saja KPA Kukar mengatakan: Tidak Ada! Soalnya, di Kukar tidak ada lokalisasi pelacuran yang merupakan hasil regulasi yang ditangani dinas sosial.

Tapi, apakah di Kukar ada praktek pelacuran yang terjadi di sembarang tempat dan sembarang waktu?

Kalau KPA Kukar tetap mengatakan tidak ada, maka penyebaran HIV di Kukar bukan didorong oleh hubungan seksual yang tidak memakai kondom, tapi karena cara penularan lain, seperti transfusi darah, jarum suntik narkoba, dll.

Tapi, kalau KPA Kukar realistis maka praktek pelacuran ada di Kukar. Selain di tempat-tempat tertentu praktek pelacuran juga terjadi di tempat kos, kontrakan, penginapan, losmen, hotel melati dan hotel berbintang.

Nah, praktek pelacuran itulah yang mendorong penyebaran HIV di Kukar.

Di satu sisi ada laki-laki penduduk Kukar yang mengidap HIV yang menularkan HIV kepada PSK melalui hubungan seksual tanpa kondom. Laki-laki yang menularkan HIV kepada PSK dalam kehidupan sehari-hari bisa sebagai seorang suami.

Di sisi lain ada PSK yang sudah mengidap HIV/AIDS ketika praktek di Kukar. Maka, laki-laki penduduk Kukar yang melakukan hubungan seksual dengan PSK tanpa kondom akan berisiko tertular HIV. Laki-laki yang tertular HIV dari PSK dalam kehidupan sehari-hari bisa sebagai seorang suami.

Di masyarakat Kukar laki-laki yang menularkan HIV kepada PSK dan laki-laki yang tertular HIV dari PSK akan menjadi mata rantai penyebaran HIV, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

Selain itu tidak tertutup pula kemungkinan ada laki-laki dewasa penduduk Kukar yang melacur tanpa kondom ke luar Kukar. Laki-laki yang tertular HIV di luar Kukar akan menjadi mata rantai penyebaran HIV di Kukar, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

Salah satu langkah konkret yang perlu dilakukan KPA Kukar adalah menjalankan program ‘wajib kondom 100 persen’ pada laki-laki yang melacur dengan PSK. Jika program ini tidak dijalankan, maka penyebaran HIV/AIDS di Kukar akan terus terjadi yang kelak akan bermuara pada ‘ledakan AIDS’. ***[AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap]***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.