Tanggapan Berita (16/9-2012) – “Januari- Agustus, 55 Orang Tertular. Bojonegoro
(Jawa Timur-pen.) Rawan Penularan Virus HIV/AIDS” Ini judul berita di www.lensaindonesia.com (9/9-2012).
Judul
berita ini menyesatkan karena tidak bisa diketahui dengan pasti kapan seseorang
tertular HIV, kecuali melalui transfusi darah.
Yang
benar adalah “Januari – Agustus, 55 Orang Terdeteksi Mengidap HIV/AIDS”. Ini
bisa diketahui melalui tes HIV. Sayang, dalam berita tidak dijelaskan kapan dan
bagaimana 55 orang itu terdeteksi HIV/AIDS.
Dikabarkan kasus
HIV/AIDS yang terdeteksi di Bojonegoro sampai pertengahan tahun 2012 mencapai 55. Sedangkan tahun 2011 terdeteksi 64 dan di tahun 2010
dilaporkan 45 kasus.
Disebutkan
bahwa “Penyebaran virus HIV/AIDS menjadi ancaman yang mengkhawatirkan di
Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.”
Yang
mengancam bukan HIV/AIDS, tapi perilaku seks, terutama laki-laki dewasa, yang melacur tanpa kondom.
Maka,
yang rawan bukan (wilayah) Kab Bojonegoro, tapi perilaku seksual sebagian
laki-laki dewasa yang gemar melacur tanpa kondom.
Menurut Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro, dr. Hariyono: “Rata-rata yang terserang adalah para pekerja yang
berada di luar kota. Kami minta masyarakat lebih waspada, bila salah satu
anggota keluarganya berkerja atau tinggal di luar kota.”
Pernyataan dr Hariyono ini bisa menyuburkan stigma
(cap buruk) karena risiko penularan HIV/AIDS juga bisa terjadi di wilayah Kab
Bojonegoro.
Artinya, apakah pekerja yang berada di luar kota
sebelum pergi ke luar kota mereka menjalani tes HIV?
Kalau jawabannya tidak, maka tidak bisa
disimpulkan bahwa mereka tertular di luar Bojonegoro.
Masih menurut Hariyono, faktor yang menjadi pemicu
meningkatnya jumlah pengidap HIV/AIDS di Bojonegoro itu adalah prilaku seks
bebas ....
Lagi-lagi Hariyono mengumbar mitos (anggapan yang
salah) karena tidak ada kaitan langsung antara perilaku seks bebas dengan
penularan HIV. Penularan HIV melalui hubungan seksual bisa terjadi di dalam dan
di luar nikah (sifat hubungan seksual) jika salah satu dari pasangan itu
mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom (kondisi hubungan
seksual).
Selama tidak ada program penanggulangan yang
konkret, maka penyebaran HIV/AIDS di Kab Bojonegoro akan berakhir pada ’ledakan
AIDS’. ***[AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap]***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.