12 Agustus 2012

Seks Oral Siswa SMU

Tanya-Jawab AIDS No  002/Agustus 2012

Pengantar. Tanya-Jawab ini adalah jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang dikirim melalui surat, telepon, fax, SMS, dan e-mail. Jawaban disebarluaskan tanpa menyebut identitas yang bertanya dimaksudkan agar bisa berbagi informasi yang akurat tentang HIV/AIDS. Bagi Anda yang ingin bertanya, silakan kirim pertanyaan melalui: surat ke LSM ”InfoKespro”, PO Box 1244/JAT, Jakarta 13012, e-mail infokespro@yahoo.com dan SMS 08129092017. Redaksi.
 *****
Tanya: Saya, siswa kelas 2 SMA, pernah melakukan hal yang berisiko. Nah, saya takut banget. Saya ceritakan dari awal. Ini pertama kali. Awalnya saya ciuman dengan pasangan saya. Kemudian jari saya masukkan ke vaginanya. Penis saya dilumat (seks oral-pengasuh). Tapi, semua tidak lebih dari 20 menit. Bagaimana risiko penularannya? 

Saya sudah tes seminggu setelah kejadian itu dengan hasil negatif. Saya disuruh lagi datang tiga bulan lagi. Cewek saya itu sering melakukan hubungan seksual dengan laki-laki lain, tapi waktu itu saya tidak ML (making love, melakukan hubungan seksual-pengasuh). Kami  cuma seks oral. Tapi, biar pun hasil tes negatif saya terus dihantui ketakutan tertular. Demi Allah saya jujur. Saya tidak pernah ML. Perbuatan berisiko hanya seks oral itu saja. Saya takut tertular. Ibu saya lemah jantung. Saya nangis terus. Saya tidak tahu masa depan saya kalau saya tertular HIV. Saya ingin membahagiakan orang tua saya. Tapi, saya takut sudah tertular  HIV. Ada yang bilang dalam tiga bulan hasil tes bisa berubah, ada juga yang bilang tidak berubah asalkan tidak melakukan perilaku berisiko lagi.

Adi (nama samaran), Jakarta Utara (via SMS, 25/7-2012)

Jawab: Seks oral dikenal dua cara, yaitu dengan kondisi penis laki-laki masuk ke dalam rongga mulut perempuan (fellatio), sedangkan seks oral dengan kondisi mulut atau lidah laki-laki di vagina (cunnilingus). Nah, yang dilakukan Adi adalah fellatio.

Risiko penularan HIV pada fellatio justru terbesar ada pada perempuan karena kalau air mani yang ejakuasi di dalam rongga mulut mengandung HIV maka ada kemungkinan masuk ke dalam tubuh jika di rongga mulut ada luka. Misalnya, luka pada sariawan atau jamuran di rongga mulut.

Sedangkan risiko tertular kepada laki-laki kecil karena konsentrasi HIV di dalam air ludah tidak cukup untuk ditularkan. Tapi, kalau cewek itu dalam kondisi sariawan bisa saja ada darah dan jika bersentuhan dengan penis ada kemungkinan penularan kalau di penis ada luka (luka di sini adalah luka ukuran mikroskopis, misalnya, setelah sikat gigi terasa perih ketika kumur-kumur itu menandakan ada luka dan ini bisa jadi pintu masuk bagi HIV).

Belum ada laporan kasus penularan dengan faktor risiko fellatio.

Biar pun sudah dijelaskan kepada yang bersangkutan melalui SMS, tapi yang bersangkutan tetap merasa ketakutan. Biar pun Anda bersumpah itu semua terpulang kepada diri Anda. Kalau Anda memang tidak pernah ML, Anda tidak perlu ketakutan dan menangis.

Yang jelas pasangan Anda itu adalah perempuan yang berisiko tertular HIV karena dia sering melakukan hubungan seksual dengan laki-laki yang berganti-ganti.

Apakah Anda mengetahui status HIV cewek itu?

Kalau Anda tidak mengetahuinya, maka Anda terlalu gegabah melakukan fellatio karena bisa saja cewek itu sedang sariawan.

Selain itu semua terpulang kepada diri Anda sendiri. Kalau memang tidak pernah melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan cewek yang sering berganti-ganti pasangan, maka risiko Anda tertular HIV rendah kalau hanya dengan fellatio.

Tapi, memasukkan jari ke dalam vagina cewek bisa saja ada risiko kalau pada jari Anda yang dimasukkan ke vagina ada luka-luka.

Tes HIV dengan reagent ELISA memang efektif jika tes dilakukan setelah tiga bulan tertular karena reagent ELISA bukan mencari virus (HIV) di dalam darah tapi antibody HIV. Ini baru ada di dalam darah setelah tiga bulan HIV ada di dalam darah.

Karena risiko Anda melalui fellatio rendah, mengapa Anda ketakutan dan ingin melakukan tes lagi?

Kalau memang hanya seks oral itu saja Anda tidak perlu ketakutan setengah mati dengan menangis. Lain halnya kalau Anda memang tidak hanya melakukan fellatio sekali itu saja. Semua terpulang kepada diri Anda sendiri. Mau jujur maka langkah selanjutnya akan lebih mudah karena tes HIV berikut akan menunjukkan hasil perilaku Anda sebelum tes HIV. ***[Syaiful W. Harahap/AIDS Watch Indonesia]***

Disclaimer. Tulisan ini bersifat umum yang dimaksudkan sebagai informasi tentang HIV/AIDS pada tataran realitas sosial. Terkait dengan aspek medis tentang HIV/AIDS silakan menghubungi dinas kesehatan, Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) atau Klinik VCT di rumah sakti di tempat Anda.

2 komentar:

  1. Bahasa tulisan emang beda dg scr verbal, semoga ybs tdk tambah rapuh atau ketakutan :)

    BalasHapus
  2. @Kun mremo, trims. Perbincngan kami via SMS berkali-kali. Ybs. selalu mengeluh ketakutan. Padahal, sdh dijelaskan bahwa klu hanya sekali seks oral risikonya rendah. Tapi, ybs. tdk mau mengerti dan terus bertanya via SMS. Nah, dalam kaitan ini diperlukan kejujuran pada diri sendiri. Klu memang pernah atau sering melakukan perilaku beriko, maka pantaslah ketakutan.

    Ybs. juga sudah dianjurkan konsultasi ke KPA Jakarta Utara atau Dinkes Jakarta Utara agar ketakutannya bisa diredam, tapi ybs. memberikan alasan tidak tahun cara ke sana, dll.

    BalasHapus

Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.