Tanggapan Berita
“ …. meningkatnya temuan kasus HIV/AIDS di Aceh, merupakan persoalan serius dan meresahkan.” Ini pernyataan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Aceh, Amir Helmi, dalam berita “HIV/AIDS di Aceh kian meresahkan” (www.waspada.co.id, 26/7-2012).
![]() |
Pengenalan HIV/AIDS di Kab. Bireun (wartaaceh.com) |
Dikabarkan kasus kumulatif
HIV/AIDS di Aceh tercatat 112. Tentu ini hanya bagian kecil dari kasus yang ada
di masyarakat karena penyebaran HIV/AIDS erat kaitannya dengan fenomena gunung
es. Kasus yang terdeteksi (112) digambarkan seperti puncak gunung es yang
muncul ke atas permukaan air laut, sedangkan kasus yang tidak terdeteksi di
masyarakat digambarkan sebagai bongkahan gunung es yang ada di bawah permukaan
air laut (Lihat gambar).
Kalau saja Pak Amir memahami
(penyebaran) HIV/AIDS secara komprehensif, maka yang menjadi persoalan serius
dan meresahkan adalah Pemprov Aceh tidak mempunyai program yang konkret untuk
menanggulangi penyebaran HIV/AIDS di Aceh.
Kalau keresahan hanya karena
pertambahan angka yang dilaporkan itu tidak ada artinya dalam penanggulangan
HIV/AIDS. Lagi pula karena pelaporan kasus HIV/AIDS di Indonesia dilakukan
dengan cara kumulatif, maka angka laporan itu akan terus bertambah atau
meningkat karena kasus lama terus ditambah kasus baru. Biar pun pengidap
HIV/AIDS banyak yang meninggal angka laporan kasus tidak akan pernah berkurang
atau turun.
Amir Helmi mengatakan: “Ini perlu
kerjasama dari semua pihak untuk mengatasinya. Temuan kasus HIV/AIDS di Aceh
bak gunung es.”
Tanpa ada program yang dibuat
Pemprov Aceh tentulah semua pihak tidak bisa bekerja untuk mengatasi penyebaran
HIV/AIDS di Aceh. Pemerintah kabupaten
dan kota bisa bekerja jika ada program utuh yang konkret di tingkat provinsi.
Mereka Tidak Menyadari (youtube.com) |
Dikabarkan Amir Helmi mengatakan:
“ …. persoalan HIV/AIDS di daerah ini masih menjadi hal yang sensitif karena
penderita seringkali tidak mau melapor kepada dinas terkait dengan alasan malu
dan sebagainya.”
Lagi-lagi pernyataan ini tidak
akurat karena yang terjadi justru banyak orang yang tidak menyadari dirinya
sudah tertular HIV/AIDS karena pada fisik mereka tidak ada tanda-tanda yang
khas AIDS. Tidak ada pula keluhan kesehatan yang terkait dengan HIV/AIDS.
Maka, yang diperlukan adalah
program yang konkret al.: (a) mendeteksi HIV/AIDS di masyarakat, (b) menurunkan
insiden infeksi HIV baru pada laki-laki “hidung belang”, dan (c) mendeteksi
HIV/AIDS pada prempuan hamil.
Tanpa program yang konkret, maka
penyebaran HIV/AIDS di Aceh akan terus terjadi yang kelak akan bermuara pada
‘ledakan AIDS’. [Syaiful W. Harahap/AIDS Watch Indonesia]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.