07 Agustus 2012

Provinsi Aceh HIV/AIDS Jadi Persoalan Serius dan Meresahkan

Tanggapan Berita

“ …. meningkatnya temuan kasus HIV/AIDS di Aceh, merupakan persoalan serius dan meresahkan.” Ini pernyataan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Aceh, Amir Helmi, dalam berita “HIV/AIDS di Aceh kian meresahkan” (www.waspada.co.id, 26/7-2012).

Pengenalan HIV/AIDS di Kab. Bireun
(wartaaceh.com)
Dikabarkan kasus kumulatif HIV/AIDS di Aceh tercatat 112. Tentu ini hanya bagian kecil dari kasus yang ada di masyarakat karena penyebaran HIV/AIDS erat kaitannya dengan fenomena gunung es. Kasus yang terdeteksi (112) digambarkan seperti puncak gunung es yang muncul ke atas permukaan air laut, sedangkan kasus yang tidak terdeteksi di masyarakat digambarkan sebagai bongkahan gunung es yang ada di bawah permukaan air laut (Lihat gambar).

Kalau saja Pak Amir memahami (penyebaran) HIV/AIDS secara komprehensif, maka yang menjadi persoalan serius dan meresahkan adalah Pemprov Aceh tidak mempunyai program yang konkret untuk menanggulangi penyebaran HIV/AIDS di Aceh.

Kalau keresahan hanya karena pertambahan angka yang dilaporkan itu tidak ada artinya dalam penanggulangan HIV/AIDS. Lagi pula karena pelaporan kasus HIV/AIDS di Indonesia dilakukan dengan cara kumulatif, maka angka laporan itu akan terus bertambah atau meningkat karena kasus lama terus ditambah kasus baru. Biar pun pengidap HIV/AIDS banyak yang meninggal angka laporan kasus tidak akan pernah berkurang atau turun.

Amir Helmi mengatakan: “Ini perlu kerjasama dari semua pihak untuk mengatasinya. Temuan kasus HIV/AIDS di Aceh bak gunung es.”

Tanpa ada program yang dibuat Pemprov Aceh tentulah semua pihak tidak bisa bekerja untuk mengatasi penyebaran HIV/AIDS di Aceh.  Pemerintah kabupaten dan kota bisa bekerja jika ada program utuh yang konkret di tingkat provinsi.

Mereka Tidak Menyadari
(youtube.com)
Dikabarkan Amir Helmi mengatakan: “ …. persoalan HIV/AIDS di daerah ini masih menjadi hal yang sensitif karena penderita seringkali tidak mau melapor kepada dinas terkait dengan alasan malu dan sebagainya.”

Lagi-lagi pernyataan ini tidak akurat karena yang terjadi justru banyak orang yang tidak menyadari dirinya sudah tertular HIV/AIDS karena pada fisik mereka tidak ada tanda-tanda yang khas AIDS. Tidak ada pula keluhan kesehatan yang terkait dengan HIV/AIDS.

Maka, yang diperlukan adalah program yang konkret al.: (a) mendeteksi HIV/AIDS di masyarakat, (b) menurunkan insiden infeksi HIV baru pada laki-laki “hidung belang”, dan (c) mendeteksi HIV/AIDS pada prempuan hamil.
Tanpa program yang konkret, maka penyebaran HIV/AIDS di Aceh akan terus terjadi yang kelak akan bermuara pada ‘ledakan AIDS’. [Syaiful W. Harahap/AIDS Watch Indonesia]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.