31 Agustus 2012

“Menyelamatkan Papua” dari HIV/AIDS Tanpa Langkah Konkret


 Tanggapan Berita. “ …. masalah HIV/AIDS merupakan masalah perilaku yang berlebihan dan pada tingkat perkembangannya banyak menggerogoti usia produktif, termasuk juga generasi muda gereja ….” Ini pernyataan dalam berita “Selamatkan Papua Dari HIV/AIDS” (www.bintangpapua.com, 22/8-2012).

Pernyataan yang muncul pada acara malam perenungan dan refresing tentang HIV/AIDS pemuda peduli HIV/AIDS bersama dengan pemuda-pemudi Gerejawi yang ada di 16 Jemaat se kota Serui di depan Gereja Jemaat Kapernaum yang digelar oleh Jemaat GKI Eklesia Aunawai (Dawai) klasis Yapen Timur jauh

Justru pernyataan “perilaku yang berlebihan “ itulah yang berlebihan karena melakukan hubungan seksual, di dalam dan di luar nikah, merupakan bagian dari kehidupan seksual manusia. Metabolisme tubuh meningkatkan dorongan hasrat seksual yang membutuhkan penyaluran melalui hubungan seksual....

Persoalannya adalah ada hubungan seksual yang berisiko tertular HIV, al. yang dilakukan tanpa kondom dengan pekerja seks komersial (PSK). Hubungan seksual tanpa kondom dengan PSK berisiko tertular HIV karena perilaku PSK berisikok tertular HIV yaitu melayani laki-laki yang berganti-ganti dalam melakukan hubugan seksual tanpa kondom. Ada kemungkinan salah satu dari laki-laki tsb. mengidap HIV/AIDS sehingga ada risiko penularan HIV kepada PSK. Inilah duduk masalahnya. Bukan karena ‘perilaku yang berlebihan’, tapi karena tidak menerapkan seks aman yaitu selalu memakai kondom setiap kali sanggama dengan PSK.

Pernyataan: “ … pada tingkat perkembangannya (penyebaran HIV-pen.) banyak menggerogoti usia produktif, termasuk juga generasi muda gereja” juga tidak akurat karena data menunjukkan kasus HIV/AIDS terdeteksi pada ibu rumah tangga yang menunjukkan suami mereka, laki-laki dewasa, melakukan hubungan seksual yang tidak memakai kondom al. dengan PSK.

Judul berita “Selamatkan Papua Dari HIV/AIDS” memang amat ideal, tapi: Bagaimana caranya?

Sayang, dalam berita tidak ada disebutkan cara-cara yang konkret.

Kalau saja HIV/AIDS dilihat dengan perspektif kesehatan masyarakat, maka remaja bisa melindungi diri agar tidak tertular HIV/AIDS yaitu menyalurkan dorongan seks dengan cara masturbasi atau onani. Sayang, cara ini tidak pernah disampaikan kepada remaja.

Menurut Pdt Budianto Sikawai, STh,   kegiatan tsb. merupakan suatu kegiatan membangun kebersamaan generasi muda gereja untuk mengatasi persoalan perkembangan HIV/AIDS yang saat ini semakin pesat menggerogoti daerah ini (Papua-pen.). 

Jika pada kegiatan tsb. remaja tidak diberikan informasi yang akurat tentang cara penularan dan pencegahan HIV yang konkret, maka remaja tetap tidak akan terhindar dari risiko tertular HIV. Soalnya, dorongan seksual tidak bisa diganti dengan kegiatan lain. Maka, remaja harus diberikan cara-cara penyaluran dorongan hasrat seksual yang aman agar terhindar dari risiko tertular IMS (infeksi menular seksual, seperti sifilis/raja singa, GO/kencing nanah, virus hepatitis B, klamidia, jengger ayam, dll.) dan HIV/AIDS atau dua-duanya sekaligus.

Disebutkan pula bahwa kegiatan tsb. bertujuan untuk membangun iman dari generasi muda gereja yang ada di ke enam belas jemaat se kota Serui agar mampu menjadi pelopor dalam memerangi HIV/AIDS.

Pertanyaannya: Apakah bekal yang diberikan kepada generasi muda gereja tentang cara-cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS konkret?

Celakanya, dalam Perda AIDS Prov Papua pun tidak ada cara-cara konkret yang ditawarkan sebagai upaya mencegah penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual (Lihat: Perda AIDS Prov Papua: Tidak Ada Lokalisasi Pelacuran (di Papua) - http://www.aidsindonesia.com/2012/08/dalam-perda-aids-prov-papua-tidak-ada.html).

Kalau yang diberikan hanya informasi yang dibalut dengan moral, maka generasi gereja itu tidakakan bisa menjadi pelopor untuk dirinya dan kalangannya dalam ‘memerangi HIV/AIDS’.

Kegiatan perenungan diramaikan dengan drama singkat yang diperankan oleh sekelompok muda-mudi Gereja Jemaat Eklesia Aunawai tentang bagaimana anak muda dewasa ini gampang terbuai dengan kenikmatan yang ditawarkan dunia saat ini dan tanpa disadari hal tersebut berujung pada kematian.

Risiko tertular HIV/AIDS bukan karena ‘terbuai dengan kenikmatan yang ditawarkan dunia saat ini’, tapi al. karena remaja dan laki-laki dewasa melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan PSK.

Maka, kuncinya adalah memberikan informasi yang akurat tentang cara mencegah penularan HIV/AIDS, al. melalui hubungan seksual dengan PSK. ***[Syaiful W. Harahap/AIDS Watch Indonesia]***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.