Tanggapan Berita. “ …. masalah HIV/AIDS merupakan masalah perilaku yang berlebihan
dan pada tingkat perkembangannya banyak menggerogoti usia produktif, termasuk
juga generasi muda gereja ….” Ini pernyataan dalam berita “Selamatkan Papua Dari HIV/AIDS” (www.bintangpapua.com, 22/8-2012).
Pernyataan yang muncul pada acara malam
perenungan dan refresing tentang HIV/AIDS pemuda peduli HIV/AIDS bersama dengan
pemuda-pemudi Gerejawi yang ada di 16 Jemaat se kota Serui di depan Gereja
Jemaat Kapernaum yang digelar oleh Jemaat GKI Eklesia Aunawai (Dawai) klasis
Yapen Timur jauh
Justru pernyataan “perilaku yang
berlebihan “ itulah yang berlebihan karena melakukan hubungan seksual, di dalam
dan di luar nikah, merupakan bagian dari kehidupan seksual manusia. Metabolisme
tubuh meningkatkan dorongan hasrat seksual yang membutuhkan penyaluran melalui
hubungan seksual....
Persoalannya adalah ada hubungan
seksual yang berisiko tertular HIV, al. yang dilakukan tanpa kondom dengan
pekerja seks komersial (PSK). Hubungan seksual tanpa kondom dengan PSK berisiko
tertular HIV karena perilaku PSK berisikok tertular HIV yaitu melayani
laki-laki yang berganti-ganti dalam melakukan hubugan seksual tanpa kondom. Ada
kemungkinan salah satu dari laki-laki tsb. mengidap HIV/AIDS sehingga ada risiko
penularan HIV kepada PSK. Inilah duduk masalahnya. Bukan karena ‘perilaku yang
berlebihan’, tapi karena tidak menerapkan seks aman yaitu selalu memakai kondom
setiap kali sanggama dengan PSK.
Pernyataan: “ … pada tingkat
perkembangannya (penyebaran HIV-pen.) banyak menggerogoti usia produktif,
termasuk juga generasi muda gereja” juga tidak akurat karena data menunjukkan
kasus HIV/AIDS terdeteksi pada ibu rumah tangga yang menunjukkan suami mereka,
laki-laki dewasa, melakukan hubungan seksual yang tidak memakai kondom al.
dengan PSK.
Judul berita “Selamatkan Papua Dari
HIV/AIDS” memang amat ideal, tapi: Bagaimana caranya?
Sayang, dalam berita tidak ada
disebutkan cara-cara yang konkret.
Kalau saja HIV/AIDS dilihat dengan
perspektif kesehatan masyarakat, maka remaja bisa melindungi diri agar tidak
tertular HIV/AIDS yaitu menyalurkan dorongan seks dengan cara masturbasi atau
onani. Sayang, cara ini tidak pernah disampaikan kepada remaja.
Menurut Pdt Budianto Sikawai, STh,
kegiatan tsb. merupakan suatu kegiatan membangun kebersamaan generasi
muda gereja untuk mengatasi persoalan perkembangan HIV/AIDS yang saat ini
semakin pesat menggerogoti daerah ini (Papua-pen.).
Jika pada kegiatan tsb. remaja tidak
diberikan informasi yang akurat tentang cara penularan dan pencegahan HIV yang
konkret, maka remaja tetap tidak akan terhindar dari risiko tertular HIV.
Soalnya, dorongan seksual tidak bisa diganti dengan kegiatan lain. Maka, remaja
harus diberikan cara-cara penyaluran dorongan hasrat seksual yang aman agar
terhindar dari risiko tertular IMS (infeksi menular seksual, seperti sifilis/raja
singa, GO/kencing nanah, virus hepatitis B, klamidia, jengger ayam, dll.) dan
HIV/AIDS atau dua-duanya sekaligus.
Disebutkan pula bahwa kegiatan tsb.
bertujuan untuk membangun iman dari generasi muda gereja yang ada di ke enam
belas jemaat se kota Serui agar mampu menjadi pelopor dalam memerangi HIV/AIDS.
Pertanyaannya: Apakah bekal yang
diberikan kepada generasi muda gereja tentang cara-cara penularan dan
pencegahan HIV/AIDS konkret?
Celakanya, dalam Perda AIDS Prov
Papua pun tidak ada cara-cara konkret yang ditawarkan sebagai upaya mencegah
penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual (Lihat: Perda
AIDS Prov Papua: Tidak Ada Lokalisasi Pelacuran (di Papua) - http://www.aidsindonesia.com/2012/08/dalam-perda-aids-prov-papua-tidak-ada.html).
Kalau yang diberikan hanya informasi
yang dibalut dengan moral, maka generasi gereja itu tidakakan bisa menjadi
pelopor untuk dirinya dan kalangannya dalam ‘memerangi HIV/AIDS’.
Kegiatan perenungan diramaikan
dengan drama singkat yang diperankan oleh sekelompok muda-mudi Gereja Jemaat
Eklesia Aunawai tentang bagaimana anak muda dewasa ini gampang terbuai dengan
kenikmatan yang ditawarkan dunia saat ini dan tanpa disadari hal tersebut
berujung pada kematian.
Risiko tertular HIV/AIDS bukan
karena ‘terbuai dengan kenikmatan yang ditawarkan dunia saat ini’, tapi al. karena
remaja dan laki-laki dewasa melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan PSK.
Maka,
kuncinya adalah memberikan informasi yang akurat tentang cara mencegah
penularan HIV/AIDS, al. melalui hubungan seksual dengan PSK. ***[Syaiful W.
Harahap/AIDS Watch Indonesia]***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.