Info AIDS. Ditjen PP
& PL, Kemenkes RI, melaporkan kasus HIV/AIDS secara nasional periode 1987
sd. 30 Juni 2012 pada tanggal 15 Agustus 2012 (diolah dari data di www.spiritia.or.id).
Kasus
kumulatif HIV/AIDS secara nasional priode 1987 sd. 30 Juni 2012 dilaporkan 118.865 yang terdiri atas 86.762 HIV dan 32.103 AIDS dengan
5.623 kematian
Kasus HIV
Priode
April - Juni 2012 kasus baru HIV dilaporkan sebanyak 3.892.
Persentase
kasus HIV baru yang dilaporkan terdeteksi pada kelompok umur 25 - 49 tahun 72%,
kelompok umur 20 - 24 tahun 12%, dan kelompok umur ≤4 tahun 7%. Perbandingan
antara laki-laki dan perempuan adalah 1:1.
Sedangkan
persentase kasus baru HIV berdasarkan faktor risiko adalah hubungan seksual
tidak aman pada heteroseksual 50%, penggunaan jarum suntik berganti-ganti pada
penyalahguna narkoba (narkotik dan bahan-bahan berbahaya) 14%, dan LSL (Lelaki Suka
Seks Lelaki) 7%.
Kasus AIDS
Pada
periode April sampai Juni 2012 jumlah kasus baru AIDS yang dilaporkan sebanyak
1.673.
Berdasarkan
persentase kasus AIDS terdeteksi pada kelompok umur 30-39 tahun 36,2%, kelompok
umur 20-29 tahun 32,2%, dan kelompok umur 40-49 tahun 15,9%.
Perbandingan
kasus AIDS antara laki-laki dan perempuan adalah 2:1.
Jumlah
kasus AIDS terbanyak dilaporkan dari Provinsi Papua (396), Jawa Tengah (318),
DI Yogyakarta (176), Bali (173), dan Kalimantan Barat (89).
Persentase
kasus baru AIDS berdasarkan faktor risiko adalah hubungan seksual tidak aman
pada heteroseksual 84,5%, penggunaan jarum suntik berganti-ganti pada
penyalahguna narkoba (narkotik dan bahan-bahan berbahaya) 6%, dari ibu (positif
HIV) ke anak 3,9% dan LSL (Lelaki Suka Seks Lelaki) 3,9%.
Jumlah
Odha (Orang dengan HIV/AIDS) yang mendapatkan pengobatan obat antiretroviral (ARV)
sampai dengan bulan Juni 2012 sebanyak 27.175, yang terdiri atas 96% (26.004)
dewasa dan 4% (1.171) anak-anak.
Kasus
baru HIV dan AIDS terus terdeteksi. Ini merupakan langkah penanggulangan di
hilir. Artinya, yang ditangani adalah orang-orang yang sudah tertular atau
mengidap HIV/AIDS.
Persoalan
utama adalah tidak ada langkah konkret yang dijalankan pemerintah untuk
menurunkan insiden infeksi HIV baru, terutama pada laki-laki dewasa melalui
hubungan seksual dengan pekerja seks komersial (PSK).
Banyak
daerah yang ‘menepuk dada’ dengan mengatakan di daerah nya tidak ada pelacuran
hanya karena tidak ada lokalisasi pelacuran yang ditangani oleh dinas sosial
setempat.
Maka,
dengan kondisi tanpa program penanggulangan yang konkret di hulu, maka insiden infeksi HIV baru HIV akan terus terjadi. Yang terjadi kemudian adalah penyebaran HIV di masyarakat.
Walaupun langkah konkret dilakukan di hilir, tapi karena tidak ada langkah
konkret di hulu maka penyebaran HIV/AIDS akan bermuara pada ‘ledakan AIDS’. ***[Syaiful W. Harahap/AIDS Watch Indonesia]***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.