Tanggapan Berita. Jumlah
kasus kumulatif HIV/AIDS di Provinsi Papua tercatat 12.187. Sebagian besar dari
pengidap HIV/AIDS terdeteksi di masa AIDS (Pengidap
HIV/AIDS di Papua Terus Meningkat, kompas.com,
6/8-2012).
Pelaporan
kasus HIV/AIDS di Indonesia dilakukan dengan cara kumulatif yaitu kasus lama
ditambah kasus baru. Maka, laporan kasus akan terus bertambah atau meningkat seiring
dengan jumlah kasus baru yang terdeteksi. Maka, biar pun banyak penderita
HIV/AIDS yang meninggal dunia laporan kasus HIV/AIDS akan terus bertambah.
Disebutkan
bahwa sebagian besar pengidap HIV/AIDS di Papua terdeteksi mengidap HIV pada
masa AIDS dengan berbagai macam penyakit penyerta. Pejabat Gubernur Papua
Syamsul Arief Rifai, mengatakan: "Yang membuatnya prihatin, dari total
angka kasus itu, sebagian besar korban telah mengidap AIDS. Artinya, sebagian
besar ditemukan telah sakit berat."
Data
itu menunjukkan bahwa penduduk yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS diketahui
ketika mereka berobat karena penyakit yang terkait dengan HIV/AIDS, al. diare
dan TBC. Penyakit ini pulalah kelak yang menyebabkan kematian pada mereka.
Seseorang
terdeteksi mengidap HIV/AIDS pada masa
AIDS, berarti ybs. sudah tertular HIV antara 5 – 15 tahun sebelumnya (Lihat
gambar).
Celakanya,
selama rentang waktu antara 5 – 15 sebelum terdeteksi orang-orang yang mengidap
HIV/AIDS tidak menyadari diri mereka sudah terbular HIV. Akibatnya, mereka pun
menularkan HIV kepada orang lain tanpa mereka sadari. Laki-laki yang beristri
menularkan HIV kepada istrinya atau perempuan lain yang menjadi pasangan
seksnya, seperti pekerja seks komersial (PSK).
Yang
jadi pertanyaan besar adalah: Apakah di Prov Papua dilakukan konseling
pasangan?
Artinya,
kalau seorang laki-laki terdeteksi mengidap HIV/AIDS, istrinya diajak mengikuti
konseling (bimbingan) untuk mendorongya menjalani tes HIV. Begitu pula kalau
seorang perempuan terdeteksi mengidap HIV/AIDS, maka pasangannya dikonseling
pula agar mau menjalani tes HIV.
Disebutkan
bahwa dalam catatan Komisi Penanggulangan AIDS Papua dan Dinas Kesehatan
Provinsi Papua, kasus HIV/AIDS tak hanya ditemukan di wilayah pesisir Papua.
Kasus itu telah merangsek hingga ke wilayah-wilayah pedalaman, seperti di Jayawijaya
dan Paniai.
Penyebaran
HIV tergantung pada perilaku seksual penduduk, terutama laki-laki bukan karena
letak geografis daerah. HIV/AIDS tidak mengenal tempat karena virus (HIV)
terdapat dalam cairan tubuh (darah, air mani, cairan vagina dan air susu
ibu/ASI) orang-orang yang mengidap HIV/AIDS.
Kalau
ada laki-laki dari pedalaman yang melacur tanpa kondom di lokasi pelacuran,
lokalisasi pelacuran atau tempat-tempat hiburan di luar pedalaman, maka dia
berisiko tertular HIV. Kalau ada laki-laki pedalaman yang tertular HIV dengan
faktor risiko hubungan seks, maka laki-laki itu akan menjadi mata rantai
penyebaran HIV di daerahnya (di pedalaman).
Dalam
kaitan inilah yang menjadi persoalan besar adalah insiden infeksi HIV baru pada
laki-laki yang tertular melalui hubungan seksual tanpa kondom dengan PSK di
lokasi atau lokalisasi pelacuran, tempat-tempat hiburan, penginapan, losmen,
hotel melati dan hotel berbintang.
Maka,
yang memprhatinkan di Papua bukan jumlah kasus HIV/AIDS yang meningkat, tapi
Pemprov Papua tidak mempunyai program yang konkret untuk menurunkan insiden
infeksi HIV baru pada laki-laki melalui praktek pelacuran dengan PSK.
Persoalan
lain adalah ada kesan PSK hanyalah yang ada di lokasi atau lokalisasi
pelacuran. Ini dikenal sebagai PSK langsung.
Padahal,
ada juga PSK tidak langsung yaitu perempuan yang melakukan praktek pelacuran
tapi tidak di lokasi atau lokalisasi pelacuran. Mereka ‘mangkal’ di
tempat-tempa hiburan, seperti kafe, pub, panti pijat, biliar, penginapan,
losmen, hotel melati dan hotel berbintang. PSK tidak langsung tidak bisa
dikenali karena mereka memakai cara-cara tertentu untuk melakukan transaksi
seks, seperti melalui kurir atau telepon.
Di
beberapa daerah, seperti di Denpasar (Bali) dan Makassar (Sulawesi Selatan), PSK
tidak langsung menjadi faktor pendorong penyebaran HIV.
Kondisi
yang sama bisa saja terjadi di Papua. Laki-laki, tertutama yang mempunyai
penghasilan besar, seperti pegawai dan karyawan, akan memilih PSK tidak
langsung. Dalam benak mereka yang mereka lakukan bukan melacur dengan PSK
karena tidak dilakukan di lokasi atau lokalisasi pelacuran.
Kalau
di lokasi atau lokalisasi pelacuran ada penjangkauan berupa sosialisasi kondom,
maka pada praktek pelacuran dengan PSK tidak langsung tidak ada upaya untuk mendorong
laki-laki yang melacur untuk memakai kondom ketika sanggama dengan PSK tidak
langsung.
Terkait
dengan HIV/AIDS di Papua, menurut Syamsul, pemerintah (maksudnya Pemprov
Papua-pen.) terus berupaya mengobati dan mencegah penularan kasus tersebut. Namun,
di sisi lain, saat ini pemerintah Papua pun dihadapkan pada beberapa kendala,
seperti terbatasnya jumlah tenaga kesehatan serta sarana dan prasarana.
Tanpa
mengurangi rasa hormat terhadap upaya Pemprov Papua, tapi pengobatan adalah
penanggulangan di hilir. Artinya, pemerintah setempat menunggu ada dulu
penduduk yang tertular HIV baru diobati.
Langkah
konkret yang harus dilakukan Pemprov Papua untuk menanggulangi penyebaran
HIV/AIDS adalah menurunkan insiden infeksi HIV baru pada laki-laki melalui hubungan
seksual dengan PSK, terutama di lokasi atau lokalisasi pelacuran.
Langkah
berikutnya adalah membuat regulasi agar perempuan hamil menjalani (survailans)
tes HIV. Cara ini akan mendeteksi kasus HIV ke ‘atas’ yaitu ada laki-laki atau
suami yang menularkan HIV kepada prempuan hamil tsb.
Selanjutnya
adalah menjalankan program pencegahan HIV dari-ibu-ke-bayi yang dikandungnya.
Tanpa
langkah-langkah yang konkret, maka penyebaran HIV/AIDS di Prov Papua akan terus
terjadi. Bisa saja pada rentang waktu tertentu penemuan kasus baru turun, tapi
ini bukan jaminan tidak ada lagi penyebaran HIV (baru) karena kasus baru
terdeteksi di masa AIDS. Artinya, 5 – 15 tahun ke depan baru terdeteksi kasus
baru lagi. ***[Syaiful W. Harahap/AIDS Watch Indonesia]***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.