11 Agustus 2012

HIV/AIDS di Kab Jayawijaya, Papua: Menanti Penanggulangan yang Konkret


Tanggapan Berita. “Ketua LSM Yokemdi Wamena, Yoram Yogobi, mengatakan bahwa beberapa lembaga swadaya masyarakat (LSM) di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, saat ini kesulitan menangani para pengidap virus HIV/AIDS karena keterbatasan dana.” Ini lead pada berita “LSM di Wamena Kesulitan Tangani Pengidap HIV/AIDS” (www.republika.co.id, 7/8-2012).

Kondisi itu terjadi karena kian banyak penduduk yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS. Penanganan terhadap penduduk pengidap HIV/AIDS diperlukan karena banyak di antara penduduk yang mengidap HIV/AIDS terdeteksi pada masa AIDS yaitu sudah tertular antara 5 – 15 tahun sebelumnya dan sudah menunjukkan gejala terkait AIDS, yang disebut infeksi oportunisti, seperti diare dan TBC.

Itulah sebabnya diperlukan penanganan karena sebagian terdeteksi ketika sakit. Mereka berobat dengan keluhan penyakit infeksi oportunistik.
Data kasus kumulatif HIV/AIDS Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Jayawijaya per 31 Desember 2011 mencapai 1.479 dengan 160 kematian (Cenderawasih Pos, 8/3-2012). Sedangkan Yoram Yogobi menyebutkan angka 2.071 (www.republika.co.id, 7/8-2012).

Disebutkan: “ …. penangan kasus AIDS, juga mengalami kesulitan karena terbatas dana. Padahal, dikatakannya, kasus yang ditangani relatif banyak.”

Tentu saja diperlukan dana karena penduduk yang terdeteksi HIV/AIDS pada masa AIDS memerlukan pengobatan karena mereka menderita penyakit-penyakit yang terkait dengan infeksi HIV/AIDS.

Disebutkan pula: “ …. dibutuhkan mobilitas yang tinggi untuk menjangkau mereka khususnya yang sudah terinveksi sehingga mereka mau menjalani pola hidup sehat …”

Langkah di atas merupakan penanganan di hilir. Artinya, yang ditangani adalah penduduk yang sudah mengidap HIV/AIDS.
 
Yang diperlukan adalah langkah di hulu yaitu penanggulangan yang konkret yaitu menurunkan insiden infeksi HIV baru pada laki-laki dewasa melalui hubungan seksual dengan pekerja seks komersial (PSK).

Kalau di Kab Jayawijaya tidak ada praktek pelacuran yang melibatkan PSK, maka kemungkinan laki-laki penduduk Jayawijaya yang terdeteksi mengidap HIV tertular di luar Jayawijaya.

Tapi, kalau di Jayawijaya ada pelacuran yang melibatkan PSK, maka perlu langkah konkret berupa intervensi yang ‘memaksa’ laki-laki memakai kondom jika sanggama dengan PSK.

Jika Pemkab Jayawijaya tidak menjalankan program yang mewajibkan laki-laki memakai kondom ketika sanggama dengan PSK, maka penyebaran HIV/AIDS di Jayawijaya akan terus terajadi yang kelak bermuara pada ‘ledakan AIDS’. ***[Syaiful W. Harahap/AIDS Watch Indonesia]***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.