Tanggapan Berita. “Jumlah
penderita AIDS di Jawa Timur mengalami peningkatan tajam. Bahkan penderita AIDS
bukan didominasi kaum laki-laki, tapi terbanyak adalah ibu rumah tangga.” Ini lead di berita “Penderita AIDS di Jatim Terbanyak
Kedua, Terbanyak Ibu Rumah Tangga”
(surabaya.detik.com,
08/8-2012).
Pernyataan
“jumlah penderita AIDS di Jawa Timur mengalami peningkatan tajam” menggambarkan
wartawan atau redaktur yang membuat lead
berita ini tidak memahami cara pelaporan kasus HIV/AIDS di Indonesia. Tapi,
ternyata narasumber berita ini pun sama saja. Coba simak pertanyaan Kepala
BKKBN Perwakilan Provinsi Jawa Timur ini: "Penderita AIDS di Jatim
mengalami peningkatan tajam. Bahkan penderita AIDS di Jatim terbanyak nomor 2
setelah DKI Jakarta."
Karena
pelaporan kasus HIV/AIDS di Indonesia dilakukan dengan cara kumulatif, maka
angka kasus yang dilaporkan akan terus meningkat atau bertambah karena kasus
lama ditambah kasus baru. Begitu seterusnya. Biar pun pengidap HIV/AIDS banyak
yang meninggal, angka laporan kasus HIV/AIDS tidak akan turun.
Kasus
AIDS di Jawa Timur dilaporkan mencapai 4.663 (www.menkokesra.go.id, 25/6-2012).
Dinas Kesehatan Jawa Timur menyebutkan sampai September 2011 terdapat 11 ribu lebih
pengidap HIV. Sedangkan 5.000 orang lebih telah terkena AIDS. Dari 5.000
lebih penderita AIDS ini, 10% di antaranya atau sekitar 600 orang adalah ibu
rumah tangga. Sedangkan kalangan PSK atau pelacur hanya 5%
(kominfo.jatimprov.go.id, 2/1-2012).
Penemuan
kasus-kasus baru HIV/AIDS itu menunjukkan banyak penduduk yang mengidap
HIV/AIDS. Sayang, dalam berita tidak ada penjelasan kapan, di mana dan
bagaimana kasus-kasus baru HIV/AIDS itu terdeteksi.
Disebutkan
oleh Djuhartini, penderita AIDS bukan didominasi kaum laki-laki, tapi lebih
banyak orang perempuan. Bahkan, terbesar penderita AIDS adalah ibu rumah
tangga.
Mengapa
bisa ibu rumah tangga lebih banyak yang mengidap HIV/AIDS dari pada laki-laki
(suami)?
Tidak
ada penjelasan dalam berita. Maka, bisa saja ada asumsi yang terkait dengan
perilaku seksual laki-laki yaitu banyak pasangan, bisa sebagai istri atau
bukan.
Disebutkan
pula: "Proporsi penderita AIDS yang paling besar adalah ibu rumah tangga.
Kan kasihan kalau ibu rumah tangga yang baik terkena AIDS."
Pertanyaan
ini mendorong stigma (cap buruk) dan diskriminasi (perlakuan berbeda) kepada
perempuan yang mengidap HIV/AIDS karena dianggap sebagai ‘ibu rumah tangga yang
tidak baik’.
Tidak
ada kaitan langsung antara ibu rumah tangga yang tidak baik dengan penularan
HIV. Penularan HIV melalui hubungan seksual kepada ibu rumah tangga di dalam
ikatan pernikahan bisa terjadi kalau suaminya mengidap HIV/AIDS dan tidak
memakai kondom setiap kali sanggama.
Menurut Kabid Advokasi Pergerakan dan Informasi (ADPIN) BKKBN Perwakilan Provinsi Jatim, Waluyo Ajeng Lukitowati, data dari dinas kesehatan dan rumah sakit dr Soetomo, penyakit AIDS lebih banyak dibawa oleh pekerja laki-laki yang sering singgah di berbagai negara lain.
Celakanya,
wartawan tidak bertanya: Apakah pekerja laki-laki asal Jawa Timur yang ‘membawa
HIV/AIDS’ itu menjalani tes HIV sebelum pergi ke luar negeri?
Kalau
jawabannya tidak, maka bisa saja mereka tertular di Jawa Timur.
Kalau
‘jajan’ diartikan sebagai melacur, maka risiko tertular HV bukan karena melacur
tapi karena pekerja seks komersial (PSK) yang dikencani mengidap HIV/AIDS dan
laki-laki tidak memakai kondom. Kalau PSK tidak mengidap HIV/AIDS maka biar pun
‘jajan’ sembarangan tidak ada risiko tertular HIV.
Diingatkan
pula: “ …. mengimbau agar masyarakat melakukan hubungan seks dengan istrinya
dan tidak sembarangan berhubungan dengan orang lain, termasuk ke lokalisasi.”
Risiko
tertular HIV bukan karena sifat hubungan seksual (dengan istri, di dalam
nikah), tapi karena kondisi hubungan seksual (salah satu mengidap HIV/AIDS dan
laki-laki tidak memakai kondom).
Risiko
tertular HIV melalui pelacuran tidak hanya terjadi di lokalisasi pelacuran,
tapi di sembarag tempat dan sembarang waktu kalau salah satu dari pasangan tersebut mengidap HIV dan laki-laki tidak memakai kondom.
Yang menjadi persoalan besar di Jawa Timur dan daerah lain di Indonesia adalah tidak ada program yang konkret berupa intervensi di lokasi atau lokalisasi pelacuran untuk memaksa laki-laki memakai kondom jika sanggama dengan PSK.
Celakanya,
Pemprov Jawa Timur akan menutup semua lokasi pelacuran.
Tapi,
apakah Pemprov Jawa Timur menjamin tidak ada lagi praktek pelacuran atau
perzinaan di sembarang tempat di wilayah Jawa Timur?
Kalau
tidak bisa dan tidak ada pula intervensi yang konkret untuk menerapkan wajib
kondom bagi laki-laki yang melacur, maka penyebaran HIV/AIDS di Jawa Timur
akan terus terjadi. Muaranya kelak adalah ‘ledakan AIDS’. ***[Syaiful W. Harahap/AIDS Watch Indonesia]***
PIN BB : 264093EF .HP : 085-756-676-237
BalasHapusHARI INI KAMI ADAKAN PROMO TERMURA & TERPERCAYA website:http://ardhanionlineshop.blogspot.com Produk dijamin asli
ARDHANI SHOP : Barang yang Kami Tawarkan Semuanya Barang Asli Original Ada Garansi Resmi Distributor dan Garansi TAM .
Semua Produk Kami Baru dan Msh Tersegel dLm BOX_nya.
Ready Stock ! Apple iPhone 5 32GB Rp.2.800.000,-
Ready Stock ! Apple iPhone 5S 32GB Rp.3.500.000,-
Ready Stock ! Samsung Galaxy Note 3 Putih Rp.2.500.000,-
Ready Stock ! Apple iPhone 6 plus 32GB Rp.4.500.000,-
Ready Stock ! Samsung Galaxy Note 4 SM-N910H Gold Rp. 3.3000.000
Ready Stock ! Samsung Galaxy S5 Rp.2.600.000,-
Ready Stock ! Samsung Galaxy S4 I9500 - PUTIH Rp.1.700.000
Ready Stock ! Samsung Galaxy S6 32GB Rp.3.000.000
Ready Stock ! Samsung Galaxy S6 edge 32GB Putih Rp.4.000.000,-
Ready Stock ! Samsung Galaxy A3 Rp.1.500.000
Ready Stock ! Samsung Galaxy A5 Rp.2.200.000
Ready Stock ! Samsung Galaxy E5 E500H Putih Rp.1.500.000,-
Ready Stock ! Samsung Galaxy E7 E700H Putih Rp. 1.900.000,-
Ready Stock ! Apple iPhone 4S 16GB (dari Telkomsel) Rp.1.200.000,-
Ready Stock ! Samsung Galaxy Grand Prime SM-530H Rp.900.000
Ready Stock ! Asus Zenfone 2 ZE551ML RAM 4GB-64GB Rp.2.500.000,-