Tanggapan
Berita. “Meskipun data dari KPA (komisi
penanggulagnan AIDS-pen.) provinsi per 31 Maret 2012 khususnya di Kabupaten
Waropen belum ada data pasti penderita penyakit HIV/AIDS, namun kita harus
bekerja lebih giat lagi dengan melakukan antisipasi sedini mungkin di Waropen,
agar generasi muda mendatang tidak hancur.” Ini pernyataan Wakil Ketua KPA
Povinsi Papua, Drs Jhon Safkaur, MM (Bupati
Waropen Komitmen Perangin HIV/AIDS, bintangpapua.com, 15/8-2012).
Pernyataan tentang belum ada data yang pasti tentang penderita HIV/AIDS
di Kab Waropen tentulah mengundang pertanyaan:
(1) Apakah data itu menggambarkan kondisi ril HIV/AIDS di masyarakat
Waropen?
Tentu saja tidak! Soalnya, di daerah yang sudah terdeteksi HIV/AIDS pun
jumlah kasus yang dilaporkan tidak menggambarkan kondisi ril di masyarakat
karena penyebaran HIV/AIDS erat kaitannya dengan fenomena gunung es. Kasus yang terdeteksi digambarkan sebagai puncak gunung es
yang muncul ke atas permukaan air laut, sedangkan kasus yang tidak terdeteksi
di masyarakat digambarkan sebagai bongkahan es di bawah permukaan air laut
(Lihat Gambar).
(2) Apakah Pemkab Waropen dan KPA Prov Papua bisa menjamin tidak ada
laki-laki dewasa penduduk Waropen, asli atau pendatang, yang pernah atau sering
melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan pekerja seks komersial (PSK) di
Waropen atau di luar Waropen?
Kalau
jawabannnya BISA, ya Pemkab Waropen tidak perlu khawatir terkait penyebaran
HIV/AIDS dengan faktor risiko hubungan seksual. Maka, kemungkinan penyebaran
HIV/AIDS melalui jarum suntik pada penyalahguna narkoba dan transfusi darah.
Tapi,
kalau jawabannya TIDAK BISA, maka Pemkab Waropen behadapan dengan penyebaran
HIV/AIDS yang massif secara horizontal di masyarakat, terutama melalui hubungan
seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.
(3)
Apakah di wilayah Kab Waropen ada kegiatan (praktek) pelacuran yang melibatkan
PSK?
Kalau
jawabannya TIDAK ADA, maka perlu diperhatikan
mobilitas laki-laki dewasa terkait dengan pelacuran ke daerah tetangga.
Soalnya, Kab Waropen berbatasan dengan: Kabupaten Sarmi di sebelah Timur yang
melaporkan 6 kasus kumulatif HIV/AIDS,
di sebelah Selatan dengan Kab Puncak
Jaya d yang melaporkan 2.071 kasus, Kab Painai 196 kasus, dan Kab Nabire 975 kasus.
Biar
pun di Waropen tidak ada lokalisasi atau lokasi pelacuran, tapi praktek
pelacuran bisa saja terjadi di sembarang tempat. Praktek pelacuran yang tidak
dilokalisir akan melibatkan PSK tidak langsung, seperti cewek kafe, pemijat, pramuria
bar, dll.
Penjelasan Bupati Waropen, Drs
Yesaya Buiney, MM, ini menunjukkan ada kasus HIV/AIDS di Waropen: “ …. sebagai
contoh ada warga Warga Waropen di luar Papua yang sudah terkena HIV/AIDS dan
saat ini sedang dirawat di Jayapura, dan masih banyak lagi warga yang
terinfeksi cuma belum terdata dengan baik, dan tidak menutup kemungkinan banyak
pemuda yang sudah terinfeksi.”
Kemungkinan tidak ada kasus HIV/AIDS
tercatat di Waropen, al. karena tidak ada fasilitas tes HIV serta belum ada
instansi yang khusus menangani HIV/AIDS.
Soalnya, bisa saja penduduk Waropen
berobat di luar Waropen dan terdeteksi mengidap HIV/AIDS. Tapi, data akan
terdaftar atau tercatat di tempat mereka dirawat atau tes HIV.
Dalam
berita disebutkan: “ …. HIV/AIDS merupakan penyakit yang
mematikan dan hingga kini belum ada obatnya untuk menyembuhkan penyakit
tersebut sehingga diharapkan semua stakeholder yang ada ikut peran serta
mendukung kehadiran KPA di Waropen.”
Pernyataan “penyakit yang mematikan”
tidak akurat karena belum ada kasus kematian Odha (Orang dengan HIV/AIDS)
karena HIV atau AIDS. Kematian Odha terjadi pada masa AIDS yaitu setelah
tertular antara 5 – 15 tahun karena penyakit yang disebut infeksi oportunistik,
seperti diare dan TBC.
Memang, belum ada obat yang bisa
menyembuhkan HIV/AIDS, tapi sudah ada obat antiretroviral (ARV) untuk menekan
laju perkembangan HIV di dalam darah.
Bupati Waropen, Drs Yesaya Buiney, MM,
yang menjadi Ketua Umum KPA KabWaropen, mengatakan ini merupakan tantangan baru
untuk melakukan upaya penanggulangan secara serius, karna HIV/AIDS merupakan
bencana sosial di Indonesia bahkan diseluruh dunia.
Tapi, dalam berita tidak dijelaskan
apa langkah konkret yang dilakukan Yesaya untuk menanggulangi penyebaran
HIV/AIDS di wilayahnya.
Jika tidak ada langkah yang konkret untuk menanggulangi HIV/AIDS di
Waropen, maka Pemkab Waropen tinggal menunggu waktu saja untuk berhadapan
dengan “ledakan AIDS”. ***[Syaiful W. Harahap/AIDS Watch
Indonesia]***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.