26 Agustus 2012

Fantastis: Di Kab Waropen, Papua, Tidak Ada Kasus HIV/AIDS?


Tanggapan Berita. “Meskipun data dari KPA (komisi penanggulagnan AIDS-pen.) provinsi per 31 Maret 2012 khususnya di Kabupaten Waropen belum ada data pasti penderita penyakit HIV/AIDS, namun kita harus bekerja lebih giat lagi dengan melakukan antisipasi sedini mungkin di Waropen, agar generasi muda mendatang tidak hancur.” Ini pernyataan Wakil Ketua KPA Povinsi Papua, Drs Jhon Safkaur, MM (Bupati Waropen Komitmen Perangin HIV/AIDS, bintangpapua.com, 15/8-2012).

Pernyataan tentang belum ada data yang pasti tentang penderita HIV/AIDS di Kab Waropen tentulah mengundang pertanyaan:

(1) Apakah data itu menggambarkan kondisi ril HIV/AIDS di masyarakat Waropen?

Tentu saja tidak! Soalnya, di daerah yang sudah terdeteksi HIV/AIDS pun jumlah kasus yang dilaporkan tidak menggambarkan kondisi ril di masyarakat karena penyebaran HIV/AIDS erat kaitannya dengan fenomena gunung es. Kasus yang terdeteksi digambarkan sebagai puncak gunung es yang muncul ke atas permukaan air laut, sedangkan kasus yang tidak terdeteksi di masyarakat digambarkan sebagai bongkahan es di bawah permukaan air laut (Lihat Gambar).

(2) Apakah Pemkab Waropen dan KPA Prov Papua bisa menjamin tidak ada laki-laki dewasa penduduk Waropen, asli atau pendatang, yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan pekerja seks komersial (PSK) di Waropen atau di luar Waropen?

Kalau jawabannnya BISA, ya Pemkab Waropen tidak perlu khawatir terkait penyebaran HIV/AIDS dengan faktor risiko hubungan seksual. Maka, kemungkinan penyebaran HIV/AIDS melalui jarum suntik pada penyalahguna narkoba dan transfusi darah.

Tapi, kalau jawabannya TIDAK BISA, maka Pemkab Waropen behadapan dengan penyebaran HIV/AIDS yang massif secara horizontal di masyarakat, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

(3) Apakah di wilayah Kab Waropen ada kegiatan (praktek) pelacuran yang melibatkan PSK?

Kalau jawabannya TIDAK ADA, maka perlu diperhatikan  mobilitas laki-laki dewasa terkait dengan pelacuran ke daerah tetangga. Soalnya, Kab Waropen berbatasan dengan: Kabupaten Sarmi di sebelah Timur yang melaporkan 6 kasus kumulatif  HIV/AIDS, di sebelah Selatan dengan  Kab Puncak Jaya d yang melaporkan 2.071 kasus, Kab Painai 196 kasus, dan  Kab Nabire 975 kasus.

Biar pun di Waropen tidak ada lokalisasi atau lokasi pelacuran, tapi praktek pelacuran bisa saja terjadi di sembarang tempat. Praktek pelacuran yang tidak dilokalisir akan melibatkan PSK tidak langsung, seperti cewek kafe, pemijat, pramuria bar, dll. 

Penjelasan Bupati Waropen, Drs Yesaya Buiney, MM, ini menunjukkan ada kasus HIV/AIDS di Waropen: “ …. sebagai contoh ada warga Warga Waropen di luar Papua yang sudah terkena HIV/AIDS dan saat ini sedang dirawat di Jayapura, dan masih banyak lagi warga yang terinfeksi cuma belum terdata dengan baik, dan tidak menutup kemungkinan banyak pemuda yang sudah terinfeksi.”

Kemungkinan tidak ada kasus HIV/AIDS tercatat di Waropen, al. karena tidak ada fasilitas tes HIV serta belum ada instansi yang khusus menangani HIV/AIDS.

Soalnya, bisa saja penduduk Waropen berobat di luar Waropen dan terdeteksi mengidap HIV/AIDS. Tapi, data akan terdaftar atau tercatat di tempat mereka dirawat atau tes HIV.

Dalam berita disebutkan: “ …. HIV/AIDS merupakan penyakit yang mematikan dan hingga kini belum ada obatnya untuk menyembuhkan penyakit tersebut sehingga diharapkan semua stakeholder yang ada ikut peran serta mendukung kehadiran KPA di Waropen.”

Pernyataan “penyakit yang mematikan” tidak akurat karena belum ada kasus kematian Odha (Orang dengan HIV/AIDS) karena HIV atau AIDS. Kematian Odha terjadi pada masa AIDS yaitu setelah tertular antara 5 – 15 tahun karena penyakit yang disebut infeksi oportunistik, seperti diare dan TBC.

Memang, belum ada obat yang bisa menyembuhkan HIV/AIDS, tapi sudah ada obat antiretroviral (ARV) untuk menekan laju perkembangan HIV di dalam darah.

Bupati Waropen, Drs Yesaya Buiney, MM, yang menjadi Ketua Umum KPA KabWaropen, mengatakan ini merupakan tantangan baru untuk melakukan upaya penanggulangan secara serius, karna HIV/AIDS merupakan bencana sosial di Indonesia bahkan diseluruh dunia.

Tapi, dalam berita tidak dijelaskan apa langkah konkret yang dilakukan Yesaya untuk menanggulangi penyebaran HIV/AIDS di wilayahnya.

Jika tidak ada langkah yang konkret untuk menanggulangi HIV/AIDS di Waropen, maka Pemkab Waropen tinggal menunggu waktu saja untuk berhadapan dengan “ledakan AIDS”. ***[Syaiful W. Harahap/AIDS Watch Indonesia]***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.