Oleh Syaiful W. Harahap
Informasi
tentang HIV/AIDS yang akurat merupakan “vaksin” (bibit penyakit yang sudah
dilemahkan yang dimasukkan ke tubuh untuk mencegah penyakit masuk) karena
dengan mengetahui cara-cara penularan dan pencegahan HIV yang konkret seseorang
bisa melindungi dirinya agar tidak tertular dan menularkan HIV.
Celakanya,
banyak brosur (1. bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun
secara bersistem; 2. cetakan yang
hanya terdiri atas beberapa halaman dan dilipat tanpa dijilid; 3. selebaran cetakan yang berisi
keterangan singkat, tetapi lengkap) yang memuat informasi HIV/AIDS yang tidak
akurat.
Membingungkan (trainingfreeinformation.co.cc) |
Maka,
tidaklah mengherankan kalau kemudian banyak orang yang “tersesat” sehingga
tertular HIV karena mereka tidak mengetahui cara-cara penularan dan pencegahan
HIV yang konkret.
Berikut
ini beberapa brosur yang berisi materi HIV/AIDS yang menyampaikan cara-cara
penularan dan pencegahan HIV yang tidak akurat sehingga bisa menyesatkan (misleading).
I.
Dalam brosur AIDS yang diterbitkan oleh KPA Kota Dumai, Prov. Riau,
disebutkan: Cara penularan HIV dan AIDS: Berhubungan seks berganti pasangan
dengan orang yang tidak tahu status HIV/AIDSnya.
[Tanggapan: Penularan HIV melalui hubungan seksual bisa tejadi di dalam dan di luar nikah dengan pasangan tetap atau pasangan yang berganti-ganti (pekerja seks langsung yaitu pekerja seks di lokasi atau lokalisasi atau pekerrja seks tidak langsung yaitu ‘cewek bar’. ‘cewek di salon plus’, ‘anak sekolah’, ‘mahasiswi’, perempuan pemijat di panti pijat plus, serta pelaku kawin-cerai) jika salah satu dari pasangan itu HIV-positif dan laki-laki tidak memakai kondom setiap kali sanggama]. Yang disebutkan dalam brosur itu adalah perilaku berisiko tinggi tertular HIV.
[Tanggapan: Penularan HIV melalui hubungan seksual bisa tejadi di dalam dan di luar nikah dengan pasangan tetap atau pasangan yang berganti-ganti (pekerja seks langsung yaitu pekerja seks di lokasi atau lokalisasi atau pekerrja seks tidak langsung yaitu ‘cewek bar’. ‘cewek di salon plus’, ‘anak sekolah’, ‘mahasiswi’, perempuan pemijat di panti pijat plus, serta pelaku kawin-cerai) jika salah satu dari pasangan itu HIV-positif dan laki-laki tidak memakai kondom setiap kali sanggama]. Yang disebutkan dalam brosur itu adalah perilaku berisiko tinggi tertular HIV.
II.
Dalam brosur Fakta tentang HIV/AIDS (diterbitkan oleh
Depkes-ASA-FHI-KPAN-USAID) disebutkan: HIV/AIDS menular melalui hubungan seks
berganti-ganti pasangan tanpa kondom. [Tanggapan: penularan HIV melalui
hubungan seksual bukan karena dilakukan dengan berganti-ganti pasangan tanpa
kondom tapi karena salah satu dari pasangan itu HIV-positif. Biar pun
berganti-ganti pasangan kalau keduanya HIV-negatif maka tidak ada risiko
penularan HIV].
III.
Dalam brosur HIV/AIDS Torang Perlu Tahu (diterbitkan oleh USAID-FHI-Depkes-KPA-Concern
Indonesia) disebutkan: HIV bisa menular lewat “Baku nae sabarang tara pake
kondom”. [Tanggapan: penularan HIV melalui hubungan seksual bukan karena
dilakukan dengan sembarang orang tanpa kondom, tapi karena salah satu dari pasangan
itu HIV-positif. Hubungan seksual yang ‘sembarangan’ tanpa kondom adalah
perilaku berisiko tinggi tertular HIV].
IV.
Dalam brosur Stop AIDS (diterbitkan oleh Depkes-Hari AIDS Sedunia
2006-Media Centre Depkes) disebutkan: “melindungi diri dari penularan dengan
cara (1) Lakukan seks yang aman dengan tidak melakukan hubungan seks sebelum
waktunya, setia pada pasangan, dan selalu menggunakan kondom kalau berhubungan
seks bukan denganpasangan.” [Pertama, tidak melakukan hubungan seks
sebelum waktunya ini tidak akurat karena tidak ada kaitan langsung antara
penularan HIV dengan hubungan seks sebelum waktunya. Kedua, setia pada
pasangan juga tidak akurat karena kalau salah satu pasangan HIV-positif maka
ada risiko penularan biar pun setia. Ketiga, selalu menggunakan kondom
kalau berhubungan seks bukan dengan pasangan. Ini pun tidak akurat karena tidak
ada kaitan langsung antara penularan HIV melalui hubungan seksual dengan bukan
pasangan.]
V.
Dalam brosur “Kenali HIV & AIDS Pikir Bijak Perilaku Sehat” dari Kementerian
Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia dan Komisi
Penanggulangan AIDS (tanpa tahun) disebutkan pada bagian Pencegahan penularan
HIV bahwa HIV dapat dicegah dengan melakukan:
A
- Anda berpuasa seks. Bila belum menikah atau jauh dari keluarga. [Tanggapan:
Pertama, mencegah penularan HIV melalui hubungan seksual adalah dengan cara
tidak melakukan hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar nikah,
dengan yang mengidap HIV/AIDS. Kedua, tidak ada kaitan langsung antara penularan
HIV melalui hubungan seksual pada waktu belum menikah, selama menikah dan tidak
menikah. Penularan HIV melalui hubungan seksual bisa terjadi karena salah satu
mengidap HIV/AIDS dan suami atau pasangan laki-laki tidak memakai kondom setiap
kali sanggama. Ketiga, risiko tertular HIV melalui hubungan seksual bukan
karena dekat atau jauh dengan keluarga, tapi tergantung pada perilaku seksual
orang per orang dekat atau jauh dari keluarga].
Dari
cara A tersebut tidak ada penjelasan tentang cara mencegah penularan HIV pada
pasangan suami istri jika salah satu dari mereka mengidap HIV/AIDS. Manalah
mungkin sepanjang hidup mereka harus puasa seks.
B
– Bersikap saling setia dengan pasangan tetap [Tanggapan: Pertama, jika salah
satu dari pasangan tetap mengidap HIV/AIDS biar pun setia seumur hidup tetap
ada risiko penularan HIV kalau suami tidak memakai kondom setiap kali sanggama.
Kedua, bisa saja terjadi satu pasangan saling setia pada rentang waktu
tertentu, kemudian berpisah dan mencari pasangan setia berikutnya, seperti
pelaku kawin-cerai. Perilaku ini merupakan perilaku yang berisiko tertular dan
menularkan HIV].
Terkait
dengan cara B di atas jika dikaitkan dengan perilaku laki-laki ‘hidung belang’
akan berdampak buruk karena banyak laki-laki ‘hidung belang’ yang mempunyai
pasangan tetap di kalangan pekerja seks komersial (PSK), ada dalam bentuk
‘suami’ atau ‘pacar’ (di P Jawa dikenal dengan sebutan kiwir-kiwir). Para
laki-laki ‘hidung belang’ merasa tidak berganti-ganti pasangan karena setiap
kali mereka melacur dengan PSK mereka melakukannya dengan ‘istri’ atau ‘pacar’.
C-
Cegah dengan menggunakan Kondom, yang merupakan alat bantu kesehatan untuk
Kelurga Berencana dan mencegah penularan berbagai penyakit seksual, termasuk
penularan HIV [Tanggapan: kapan dan siapa yang harus memakai kondom untuk
mencegah penularan HIV? Tidak ada penjelasan dalam brosur ini].
O
– Jauh penggunaan napza, terutama ATS dan napza suntik yang dapat mendorong
penularan HIV [Tanggapan: Pertama, istilah napza sudah tidak dipakai karena
tidak semua zat adiktif termasuk narkoba. Yang tepat adalah narkoba. Kedua,
risiko penularan HIV melalui narkoba hanya bisa terjadi kalau narkoba
dimasukkan ke dalam tubuh dengan jarum suntik yang dipakai bersama-sama dengan
bergiliran dan bergantian].
VI.
Dalam buklet “Mengenal dan Menanggulangi HIV/AIDS, Infeksi Menular Seksual dan
Narkoba” (tanpa tahun) yang diterbitkan oleh Komisi Penanggulangan AIDS Prov
Banten, di halaman 3 disebutkan: Pencegahan Penularan (maksudnya
HIV/AIDS-pen.), yaitu:
1.
Menghindari hubungan seks diluar nikah/berganti-ganti pasangan [Tanggapan:
Pertama, penularan HIV bisa terjadi di dalam dan di luar nikah. Ini terjadi
kalau salah satu mengidap HIV/AIDS dan suami atau laki-laki tidak memakai
kondom setiap kali sanggama. Kedua, berganti-ganti pasangan bukan penyebab
penularan HIV karena penularan HIV bisa terjadi pada ganti-ganti pasangan kalau
salah satu mengidap HIV dan laki-laki tidak memakai kondom].
5.
Perempuan dengan HIV positif agar tidak hamil dan bila hamil mengikuti program
pencegahan HIV dari ibu ke anak [Tanggapan: persoalannya adalah bagaimana
seorang perempuan mengetahui dirinya sudah tertular HIV?].
VII.
Dalam brosur “Remaja, Waspadai HIV dan AIDS ..!!!” yang diterbitkan oleh Komisi
Penanggulangan AIDS Provinsi Bangka Belitung (tanpa tahun) dipakai bahasa
‘gaul’ remaja. Bahasa gaul adalah bahasa lisan, sedangkan bahasa yang dipakai
pada cetakan, seperti buku, brosur, surat, koran, majalah, dll. adalah bahasa
tulisan. Bahasa lisan, apalagi dalam bentuk slang (ragam bahasa tidak resmi dan
tidak baku yang sifatnya musiman, dipakai oleh kaum remaja atau kelompok sosial
tertentu untuk komunikasi intern dengan maksud agar yang bukan anggota kelompok
tidak mengerti) tidak akan efektif karena tidak semua orang, dalam hal ini
remaja, memahami bahasa slang.
Dalam
brosur ini disebutkan: “WASPADA lah Friends … HIV DAPAT menular melalui:
Hubungan
seks diluar nikah/seks Bebas [Tanggapan: Pertama, penularan HIV bisa terjadi di
dalam dan di luar nikah. Kedua, kalau
seks bebas diartikan hubungan seks di luar nikah maka tidak ada kaitan langsung
antara seks bebas dan penularan HIV].
Ada
lagi pernyataan, masih dengan bahasa slang: Kau pasti pengin tidak tertular
kan, Guys? Ikuti tips berperilaku sehat berikut ya!
Kuatkan
Iman dan Taqwa! [Tanggapan: Pertama, apa alat ukur, takar, timbang dan
perlengkapan yang dipakai? Kedua, siapa yang berhak mengukur iman dan taqwa?
Ketiga, apa ukuran iman dan taqwa yang bisa mencegah HIV?]
Tips
di atas merupakan pukulan berat dan penghinaan bagi orang-orang yang tertular
HIV melalui transfusi darah, ibu-ibu rumah tangga yang tertular HIV dari
suaminya, dan bayi yang tertular HIV dari ibunya. Tips itu mengesankan mereka
ini tertular HIV karena iman dan taqwanya tidak kuat.
VIII.
Buklet “Informasi Dasar HIV & AIDS dan IMS” yang diterbitkan KPA Provinsi
Papua (tanpa tahun) di halaman 6 disebutkan: Untuk mencegah terinfeksi HIV ada
beberapa pilihan perilaku yang dapat dilakukan.
A
= (Abstinentia) = puasa seks, anda jauhi hubungan sex diluar nikah [Tanggapan: Pertama, penularan HIV melalui hubungan
seksual bisa terjadi di dalam dan di luar nikah kalau salah satu dari pasangan
itu mengidap HIV/AIDS dan suami atau laki-laki tidak memakai kondom setiap kali
sanggama. Kedua, di dalam nikah pun
bisa terjadi penularan HIV kalau salah satu mengidap HIV/AIDS dan suami tidak
memakai kondom setiap kali sanggama].
B
= (Be faithful) Baku setia pada pasangan yang sah/satu pasangan saja
(istri/suami) [Tanggapan: Pertama, pada pasangan suami-istri yang setia pun bisa
terjadi penularan HIV kalau salah satu di antara mereka mengjdap HIV/AIDS
dengan kondisi suami tidak memakai kondom setiap kali sanggama. Kedua, kalau
satu pasangan dua-duanya tidak mengjdap HIV maka tidak ada risiko penularan HIV
biar pun mereka pasangan di luar nikah, seperti ‘kumpul kebo’].
C
= (Condom) Cegah dengan kondom. Penggunaan kondom secara tepat dan konsisten
pada setiap kegiatan seksual berisiko dapat melindungi anda dari penularan HV
ataupun IMS [Tanggapan: tidak dijelaskan seperti apa kegiatan seksual
berisiko].
IX.
Dalam brosur “HIV/AIDS dan Program Penanggulangannya” yang diterbitkan oleh
Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Dinas Sosial Provinsi Sumatera Barat
(Padang, 2009) disebutkan:
-
Mengapa AIDS ditakuti? Sebab AIDS dapat menyerang semua orang tanpa pandang
bulu [Tanggapan: pernyataan ini sensasional sehingga mengabaikan fakta. Yang
menular adalah HIV, dan HIV tidak akan menyerang siapa saja. Risiko tertular
HIV tergantung kepada perilaku seksual orang per orang kecuali ibu-ibu rumah
tangga dan bayi].
-
Mengapa AIDS ditakuti? AIDS dapat mematikan [Tanggaan: yang mematikan pada Odha
(Orang dengan HIV/AIDS) bukan HIV atau AIDS, tapi penyakit yang muncul pada
masa AIDS, disebut infeksi oportunistik, seperti diare dan TBC].
Bagaimana
cara mencegah penularan HIV/AIDS?
-
Hindarkan hubungan seks diluar nikah. Usahakan hanya berhubungan seks dengan 1
orang pasangan seks, tidak berhubungan seks dengan orang lain [Tanggapan: Pertama,
penularan HIV melalui hubungan seksual bukan karena dilakukan di luar nikah
(sifat hubungan seksual), tapi karena salah satu atau dua-duanya mengidap
HIV/AIDS dan suami tidak memakai kondom setiap kali sanggama. Kedua, biar pun
hanya dilakukan dengan satu orang kalau pasangan tsb. mengidap HIV/AIDS maka
ada risiko tertular HIV kalau laki-laki tidak memakai kondom setiap kali
sanggama].
X.
Dalam brosur “Fakta tentang HIV & AIDS” diperbanyak oleh GF-AIDS Indonesia
HIV-AIDS Comprehensive Care Nusa Tenggara Barat, 2009, disebutkan:
-
HIV menular melalui Hubungan seks dengan orang yang HIV positif tanpa
menggunakan kondom [Tanggapan: persoalannya adalah orang-orang yang sudah
mengidap HIV/AIDS tidak bisa dikenali dari fisiknya].
-
Cara Mencegah Penularan HIV: jauhi hubungan SEKS dengan orang yang HIV positif
tanpa menggunakan KONDOM [Tanggapan: orang-orang yang sudah mengidap HIV/AIDS
tidak bisa dikenali dari fisiknya].
Satu
hal yang tidak dipaparkan dalam brosur dan buklet yang dibahas dalam tulisan
ini adalah tentang perilaku berisiko tertular HIV/AIDS karena yang disebutkan
hanya cara penularan HIV yaitu al. melalui hubungan seksual dengan yang
mengidap HIV/AIDS.
Persoalannya,
orang-orang yang sudah mengidap HIV/AIDS tidak bisa dikenali dari fisiknya.
Tentu saja tidak mungkin bertanya tentang status HIV kepada (calon) pasangan.
Juga tidak mungkin membawa-bawa alat (kit) tes HIV setiap kali mau melakukan
hubungan seksual.
Maka,
yang paling utama disampaikan dalam brosur dan buklet adalah perilaku seksual
yang berisiko tertular HIV/AIDS, yaitu:
1).
Laki-laki yang melakukan hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar
nikah, dengan perempuan yang berganti-ganti.
2).
Perempuan yang melakukan hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar
nikah, dengan laki-laki yang berganti-ganti.
3).
Laki-laki yang melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan yang sering
berganti-gamti pasangan, seperti pekerja seks komersial (PSK) dan waria.
4).
Melakukan hubungan seksual tanpa kondom pada pasangan suami-istri pelaku
kawin-cerai.
5).
Melakukan hubungan seksual tanpa kondom pada hubungan seks anal Laki-laki Suka
Seks Laki-laki (LSL).
Sayang,
dalam banyak brosur dan buklet tidak ada penjelasan tentang cara melindungi
diri agar tidak tertular HIV secara komprehensif.
Brosur
dan buklet itu sudah disebarluaskan kepada masyarakat. Maka, tidaklah
mengherankan kalau sampai hari ini tetap saja ada yang tidak mengetahui
cara-cara penularan dan pencegahan HIV yang akurat. Itu semua terjadi karena
informasi HIV/AIDS sebagai materi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tidak
pernah sampai ke masyarakat dalam bentuk yang utuh dengan materi yang akurat.
***[AIDS Watch Indonesia]***
trus brosur yang bagaimana yang tepat? solusinya??????
BalasHapus@Anonymous, trims. Brosur yg tepat dalah brosur yg berisi materi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tt HIV/AIDS yang konkret dan objektif. Dalam brosur dipaparkan fakta medis terkait HIV/AIDS, seperti cara-cara penularan dan cara-cara pencegahan yang realistis.
HapusPersoalannya adalah pemerintah, sebagaian besar LSM, aktivis, dll. memakai pijakan moral dalam menjelaskan HIV/AIDS. Padahal, HIV/AIDS adalah fakta medis sehingga cara-cara penularan dan pencegahan bisa dilakukan dengan teknologi kedokteran.
Materi KIE HIV/AIDS yg berpijak dan dibalut dg moral akan menyuburkan mitos (anggapan yang salah).
anggapan seperti anda inilah yg akan semakin menyuburkan hiv/aids. anda tidak ingin mengkaitkan resiko penularan hiv/aids dengan iman/taqwa dan moral, sungguh sangat lucu dan ironis. orang terkadang menganggap masalah ini sdh sedemikian ruwet shg untuk menyelesaikan akar masalahnya akan sangat sulit shg cukup menghindar agar tdk tertular. ini ibarat kita memelihara bom waktu yg setiap saat akan meledak. padahal anda tahu dengan jelas perilaku seks yg tdk sesuai norma agama dan moral lah pangkal hiv/aids. memang di pernikahan bs sj menular tp itu jika si suami atau istri ad/ salah satunya pelaku seks bebas iya kan? kenapa anda menafikkan itu??? anda ini seperti penjual kondom yg mengatakan silahkan berhubungan seks dengan siapa saja yg penting pake kondom aman dan tidak tertular hiv/aids, padahal banyak sekali penelitian yg menunjukkan kondom tidak menjamin 100 persen tdk terjadinya penularan, dan yang terpenting tulisan2 disini semuanya isinya adalah kampanye seks bebas, mengerikan.
BalasHapusTerima kasih atas tanggapan Anda.
BalasHapusPertama, akan lebih etis, santun dan agamis klu Anda menanggapi materi tulisan (content) bukan menyerang prbadi.
Kedua, silakan tanggapi bagian yang menurut Anda tidak benar.
Ketiga, sebagai wartawan yang saya lakukan adalah menyampaikan FAKTA terkait dengan HIV/AIDS.
Keempat, saya sama sekali tidak berkepentingan dengan bisnis kondom.
maaf saya juga tidak setuju dengan pendapat anda bapak syaiful w harahap..Perubahan perilaku dari beresiko menjadi tidak beresiko akan sulit dilakukan jika mind set yang dpakai hanya dari sisi pencegahan medis saja sehingga bisa dicegah dengan melulu "teknologi kedokteran"...Contoh : Seringkali seseorang yang mengetahui bahwa memakai kondom cukup efektif dalam pencegahan penularan HIV dan IMS, ternyata tidak mampu menggunakan kondom secara konsisten.....Harus ada motivasi dalam diri yang kuat untuk mampu merubah perilaku bersiko nya, dan itu tidaklah cukup dari diri mereka sendiri, karena manusia tempatnya lemah...semua yang terjadi di dunia, tiada tanpa seizin Yang Maha Kuasa..sehingga unsur "teknologi kedokteran" saja tidak cukup...Seseorang harus meningkatkan ketahanan dirinya dengan mendekatkan diri kepada Penciptanya sehingga mampu bertahan ...
BalasHapus