Tanggapan Berita. “Komisi
Penanggulangan AIDS Kabupaten Pelalawan (Prov Riau-pen) sebelumnya telah
melakukan berbagai upaya pencegahan agar penyakit yang mematikan itu tidak
sampai menular di negeri amanah ini.” Ini pernyataan Sekretaris KPA Kab
Palalawan, Asril, SKm, MKes (69 Orang
Terjangkit HIV/AIDS, www.riaupos.co,
16/8-2012).
Ada
beberapa hal terkait dengan pernyataan di atas yang tidak muncul dalam berita
dan tidak akurat.
Pertama, pernyataan ‘penyakit
mematikan’ tidak akurat karena belum ada kasus kematian karena HIV atau AIDS.
Kematian pada Odha (Orang dengan HIV/AIDS) yang terjadi di masa AIDS, secara statistik
setelah tertular antara 5 – 15 tahun, terjadi karena penyakit yang disebut
infeksi oportunistik, seperti diare dan TBC.
Kedua, dalam berita
tidak ada penjelasan tentang upaya pencegahan yang sudah dilakukan KPA
Pelalawan.
Ketiga, disebutkan ‘agar
penyakit yang mematikan itu tidak sampai menular di negeri amanah ini’ juga
tidak akurat karena HIV/AIDS tidak ada di udara atau air. HIV dalam jumlah yang
dapat ditularkan hanya terdepat dalam daerah, air mani, cairan vagina, dan air
susu ibu (ASI).
Di
lead berita disebutkan “Pengetahuan tentang bahaya HIV/AIDS belum sepenuhnya
dimengerti oleh masyarakat Kabupaten Pelalawan. Hal tersebut terbukti dengan
adanya warga yang dinyatakan terjangkit penyakit yang mematikan itu.”
Nah,
dalam berita sendiri tidak ada penjelasan tentang faktor risiko (cara
penularan) 69 kasus HIV/AIDS yang terdeteksi di Pelalawan. Selain itu tidak
pula ada penjelasan tentang cara-cara penularan dan pencegahan HIV yang
konkret.
Menurut Asril: ‘’Dari data di Diskes Pelalawan, saat ini ada 69 orang yang terjangkit AIDS dan 60 persen dari penderita tersebut adalah remaja.’’
Lagi-lagi
dalam berita tidak ada penjelasan: (a) Mengapa banyak kasus HIV/AIDS terdeteksi
pada remaja?, dan (b) Bagaimana kasus-kasus HIV/AIDS pada remaja itu
terdeteksi?
Karena tidak ada jawaban dari dua pertanyaan di atas, maka tidak jelas apa, mengapa dan bagaimana kasus HIV/AIDS banyak terdeteksi pada remaja.
Pertanyaannya
adalah: Apakah di wilayah Kab Pelalawan ada kegiatan pelacuran?
Kalau
jawabannya tidak ada, maka kasus HIV/AIDS di Pelalawan kemungkinan menyebar
melalui penduduk yang tertular di luar Pelalawan.
Tapi,
kalau jawabannya ada, maka risiko penduduk tertular HIV sangat besar jika tidak
ada program yang konkret berupa intervensi terhadap laki-laki ‘hidung belang’
agar memakai kondom ketika melacur dengan pekerja seks komersial (PSK).
Disebutkan: ‘’Berbagai upaya telah kita lakukan, seperti mengadakan sosialisasi tentang bahaya AIDS diberbagai tempat di Kabupaten Pelalawan.’’
Apa
upaya itu?
Disebutkan:
“Kita mengadakan berbagai kegiatan positif kepada generasi muda di Kecamatan
Bandar Petalangan, Ukui, dan kecamatan lainnya.’’
Pertanyaannya:
Apakah kegiatan ini menjamin tidak akan ada remaja yang melacur tanpa kondom?
Dorongan
seks pada masa remaja sangat kuat, sehingga mereka memerlukan penyaluran. Untuk
memenuhi hasrat seksual tidak bisa diganti dengan kegitan lain selain hubungan
seksual. Dalam kondisi inilah remaja berisiko jika mereka melakukan hubungan
seksual dengan PSK tanpa kondom.
Apakah remaja diberikan informasi yang akurat tentang cara-cara mencegah agar tidak tertular HIV melalui hubungan seksual?
Menurut Asril: ‘’Pergaulan bebas, penggunaan narkoba, menjadi faktor utama dari penyebaran HIV AIDS.’’
Pernyataan
Asril itu merupakan mitos (anggapan yang salah) karena kalau ‘pergaulan bebas’
diartikan zina atau melacur, maka tidak ada kaitan langsung antara zina dan
melacur dengan penularan HIV.
Penularan
HIV melalui hubungan seksual terjadi di dalam dan di luar nikah (sifat hubungan
seksual), jika salah satu mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom
setiap sanggama (kondisi hubungan seksual).
Kasus
HIV/AIDS yang terdeteksi pada ibu-ibu rumah tangga terjadi melalui hubungan
seksual yang halal dan sah karna dilakukan di dalam nikah bukan pergaulan
bebas.
Begitu
pula dengan penyalahgunaan narkoba (narkotik dan bahan-bahan berbahaya) risiko
tertular HIV/AIDS kalau narkoba dipakai secara bersama-sama dengan jarum suntik
secara bergiliran.
Jika
Pemkab Pelalawan tidak mempunyai program yang konkret berupa intervensi agar
laki-laki memakai kondom ketika sanggama dengan PSK, maka penyebaran HIV/AIDS
akan terus terjadi yang kelak akan bermuara pada ‘panen AIDS’. ***[Syaiful W. Harahap/AIDS Watch Indonesia]***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke situs AIDS Watch Indonesia.
Silahkan tinggalkan pesan Anda untuk mendapatkan tanggapan terbaik dari pembaca lainnya, serta untuk perbaikan ISI dan TAMPILAN blog ini di masa mendatang.